jpnn.com - BOGOR –Inisiator Gerakan Petani Nusantara (GPN) Hermanu Triwidodo mengatakan, gotong royong, saling peduli dan berbagi merupakan kekuatan bagi petani dan Indonesia.
''Petani sesungguhnya merupakan salah satu elemen penting, soko guru bangsa yang harusnya turut menjaga nusantara,'' kata Hermanu dalam diskusi hari pertama kegiatan Rembug Tani Nusantara di Ciawi, Bogor, Selasa, (19/1).
BACA JUGA: Dualisme Kewenangan di Batam Sudah Dibahas di Lima Ratas, Kok Belum Tuntas?
Dia berharap, semua pihak menaruh perhatian pada petani ketika alam dan kebijakan pertanian tak mendukung kehidupan petani.
''Semua peristiwa alam dan kesulitan di negeri ini barangkali karena kita sudah melupakan kemuliaan petani,'' ujar staf pengajar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.
BACA JUGA: Pemerintah Harus Tegas, Jangan Lagi Ada Trader Gas Bermodal Kertas
Sementara itu, Ketua Pelaksana David Ardhian menjelaskan kegiatan tersebuy merupakan upaya memuliakan petani. Acara itu sekaligus menjadi jalan lurus untuk mewujudkan kedaulatan pangan.
''Kami berharap kegiatan ini sekaligus juga untuk menghimpun para petani agar menjadi lebih terorganisir. Dengan demikian kerja mewujudkan kedaulatan pangan bisa menjadi lebih mudah dan terorganisir,'' kata David.
BACA JUGA: 5 Hari Lumpuh, Bandara Ini Beroperasi Lagi
David menjelaskan, kondisi yang dihadapi petani Indonesia sangat sulit. Di antaranya ialah karena ancaman iklim, degradasi hingga konversi lahan pertanian.
''Dengan jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa, kebutuhan beras dengan
konsumsi rata-rata 113 kg per kapita per tahun. Setiap tahunnya tak kurang dari 28 juta ton. Belum lagi bahan pangan lainnya. Ketika masalah-masalah itu ada maka bagaimana nasib pertanian kita ke depan,'' ujar David.
Kegiatan itu juga dihadiri banyak petani. Salah satunya ialah Wardiono. Pria asal Klaten itu mengatakan, perlu ada sinergi semua pihak untuk menjawab persoalan para petani.
Sayangnya, sambung Wardiono, selama ini petani Indonesia masih dalam posisi lemah untuk melakukan sinergi tersebut. ''Untuk itulah petani dan pemerintah rasanya harus bisa saling mengisi dan memahami kebutuhan masing-masing,'' kata Wardiono.
Ali, petani dari Jember ikut mengeluarkan unek-unek. Menurut Ali, kemiskinan yang mendera petani membuat pertanian menjadi sektor yang tak menjanjikan. Dia mengatakan, saat ini generasi muda di desa enggan bertani.
Ali, petani dari Jember, turut menimpali kondisi yang kini dihadapinya di desa. ''Mereka lebih memiliki hidup dengan bekerja di kota atau industri yang mungkin lebih menjanjikan. Kalau kondisi ini terus dibiarkan maka sektor pertanian di masa depan akan kehilangan tenaga kerjanya dan itu sangat berbahaya buat negeri ini,'' ujar Ali.
Pertemuan itu dihadiri 200 petani dari seluruh Indonesia. Mereka berasal dari berbagai organisasi. Di antaranya ialah Ikatan Pengendali Hama Terpadu (IPPHTI) serta Asosiasi Petani dan Nelayan Nusantara (ASTANNU).
Selain itu, beberapa narasumber beken juga dipastikan hadir. Di antaranya adalah tokoh gerakan agraria Gunawan Wiradi, Suryo Wiyono dan Widodo (peneliti dari IPB), Pending Dadih Permana (Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian) dan perwakilan Komisi IV DPR RI.
Pada acara ini juga akan ditayangkan video kesaksian dari budayawan NU Mustofa Bisri yang mengangkat tema petani, budaya dan wawasan nusantara. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Roadmap IHT Sudah Disesuaikan dengan Kemampuan Industri
Redaktur : Tim Redaksi