Ini Kata Satgas Covid-19 soal Varian Baru Virus Corona yang Muncul di Inggris

Selasa, 22 Desember 2020 – 18:29 WIB
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Lukas

jpnn.com, JAKARTA - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 tak tinggal diam menyikapi perkembangan varian baru virus corona yang konon muncul di Inggris.

"Pemerintah terus mengikuti perkembangan varian COVID-19 di Inggris," kata juru bicara penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (22/12).

BACA JUGA: Ada Virus Corona Jenis Baru, Belanda Larang Penerbangan dari Inggris

Wiku mengatakan varian baru COVID-19 akan dikaji dan dianalisis urutan genetiknya untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil di Indonesia.

"Pemerintah akan melangkan berdasarkan bukti ilmiah," katanya.

BACA JUGA: Pulang dari Inggris, 1 Warga Terinfeksi Varian Baru Virus Corona

Selain itu menurut Wiku, langkah surveillance akan diperkuat pemerintah dengan memonitor perkembangan virus yang dinamis.

"Terlepas dari adanya varian COVID-19 di Inggris, pemerintah tetap meminta masyarakat untuk tetap disiplin 3M," katanya.

BACA JUGA: Satgas Covid-19 Beri Kelonggaran di Perbatasan Wilayah, Tetapi Ada Syaratnya

Wiku juga berbicara soal kenaikan kasus aktif COVID-19 di Indonesia yang sudah mencapai lebih dari 100.000 kasus.

"Kenaikan kasus aktif sangat mengkhawatirkan dan menunjukkan tren peningkatan kasus aktif makin cepat terjadi. Hal ini tidak dapat ditoleransi dan menjadi alarm bagi semua dan semaksimal mungkin harus dicegah," katanya.

Perkembangan kenaikan kasus aktif di Indonesia memburuk dan sudah menembus angka lebih dari 100 ribu kasus aktif dalam waktu satu bulan yaitu dari bulan November ke bulan Desember 2020.

Tercatat pada pertengahan November 2020 kasus aktif COVID-19 di Indonesia adalah 54.804 dan pada 22 Desember 2020 tercatat kasus aktif mencapai 103.329. Sedangkan per Senin (21/12) kasus aktif mencapai 104.809 kasus.

Kenaikan kasus aktif dari 10.000 menjadi 30.000 kasus membutuhkan waktu tiga bulan, selanjutnya hanya dibutuhkan waktu dua bulan dari kasus aktif 30 ribu menjadi 60 ribu kasus yaitu pada Agustus-November.

"Makin tingginya kasus aktif ini karena masih tingginya penularan di masyarakat, hal ini juga terkait kurangnya deteksi dini pada kasus aktif sehingga kasus aktif itu menular kepada yang ada di sekitarnya," kata Wiku.

Menurut Wiku, banyaknya pasien COVID-19 menambah beban penanganan terhadap pasien COVID-19 dan menyebabkan tidak optimal.

"Oleh karena itu deteksi dini dan 'treatment' pasien COVID-19 harus benar-benar diperhatikan pemimpin daerah, pastikan pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai standar sehingga dapat meningkatkan angka kesembuhan sekaligus menekan angka kasus aktif," kata Wiku.

Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 pada Selasa (22/12) dilaporkan ada 6.347 kasus baru COVID-19 sehingga sejak pandemi ini melanda Indonesia, sudah ada 678.125 orang terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia. (antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler