jpnn.com, JAKARTA - Budayawan yang juga mantan asisten Gus Dur, Ngatawi Al-Zastrow, serta pemikir kebangsaan Yudi Latif didaulat turut memberikan ceramah dalam acara Ngaji Kebangsaan, Jumat (17/3) malam.
Acara tersebut digelar di Pondok Pesantren Abdurrahman Wahid Sokotunggal, pimpinan KH Nuril Arifin, di Jakarta Timur.
BACA JUGA: Belasan Tokoh Ngaji Kebangsaan di Pesantren Gus Nuril
Selain Yudi dan Al-Zastrow, sejumlah tokoh menghadiri Ngaji Kebangsaan di antaranya Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, Ketua DPP PDI Perjuangan Idham Samawi, Ketua Umum PPP Djan Faridz, putri Bung Karno Sukmawati Soekarnoputri, perwakilan dari Ciganjur, Priyo Sambadha, dan beberapa tokoh dari lintas agama.
Ngatawi Al-Zastrow dalam ceramahnya mengatakan, kalau saat ini muncul penghinaan bahkan merobek Merah Putih dan tidak menjalankan Pancasila, maka di forum Ngaji Kebangsaan ini Marhaenis dan Nahdliyin merajut Merah Putih dan meneguhkan pengamalan pancasila.
BACA JUGA: Bang Ara Terang-terangan Dukung Ridwan Kamil
"Ini bagian dari perjuangan bersama. Sebab kita masih yakin bahwa ketika satu urusan tidak diserahkan pada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Maka kita mencari yang ahli. Yakni ahli dalam membangun ibu kota Jakarta," kata Al-Zastrow.
Maka dari itu, sudah selayaknya dalam forum ini berdoa untuk kemenangan Ahok-Djarot. "Untuk diberkahi bagi kesejahteraan umat dan bangsa Indonesia. Kali ini berdoa memenangkan pasangan Basuki-Djarot (Badja) untuk 2017-2021," ujar Al-Zastrow.
BACA JUGA: Tensi Darah Djarot Masih Oke, Masih Mantap...
Sementara Yudi Latif dalam ceramahnya menyampaikan apresiasinya atas langkah Gus Nuril menyatukan kaum NU dan nasionalis dalam forum Ngaji Kebangsaan.
"Dalam sejarahnya yang berkomitmen terus menjaga Pancasila dan NKRI sejak kemerdekaan adalah Bung Karno, Bung Hatta, dan KH Wahid Hasyim, dan kemudian diikuti para pengikutnya yaitu perpaduan Marhaen dan Nahdliyin," kata Yudi.
Yudi menjelaskan, kaki Pancasila sebenarnya ada tiga, yakni sosio nasionalisme (sila kedua dan ketiga) sosio demokrasi (sila keempat dan kelima) dan terakhir adalah sosio religius (sila pertama).
"Kata Bung Karno, sebenarnya Pancasila adalah pendirian hidup bangsa yang sudah tumbuh dan menjadi jantung dari spiritualitas bangsa. Oleh karena itu, siapa pun mereka yang terus mempertentangkan Pancasila dan Islam sebenarnya telah menunjukkan tidak memahami apa itu Pancasila dan apa nilai-nilai Islam sebagaimana telah dijabarkan dalam alquran," kata Yudi. (adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP Di Garda Terdepan Dorong Partisipasi Perempuan
Redaktur & Reporter : Adek