Ini Keunggulan Big Data untuk Hitung Wisatawan

Selasa, 21 Maret 2017 – 15:37 WIB
Arief Yahya. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Go digital benar-benar mendarah daging di Kementerian Pariwisata.

Menteri Pariwisata Arief Yahya sangat serius mendigitalisasi semua lini dan kedeputian.

BACA JUGA: Demi Pariwisata, Gubernur Tolak Investasi Berat di Sini

Karena hanya lewat cara itu semua bisa dihitung dengan standar akurasi maksimal.

"If you can not measure, you can not manage! Kalau tidak bisa mengukur, maka tidak akan bisa me-manage," sebut Arief.

BACA JUGA: NSPK dan SOP Rampung, Kemenpar Tancap Gas

Maka, kalau tidak bisa menghitung dengan akurat, tidak akan bisa mengukur.

Angka-angka ukuran dan hitungan itu harus benar. Karena itu, biarkan mesin, teknologi dan system yang menghitung, sehingga bisa meminimalisasi pengaruh manusia.

BACA JUGA: Batam Tak Masuk Destinasi Unggulan Pariwisata, Padahal

Dari soal branding dan advertising, menggunakan lebih banyak digital media, seperti Google, Baidu, TripAdvisor, Ctrip, dan sebangsanya.

Lalu soal selling, juga menggunakan platform ITX, digital market place.

Project management system di pengembangan 10 Bali Baru, yakni dengan transformer yang dikendalikan secara digital. Dashboard M-17 di lantai 16 Gedung Sapta Pesona, big data, dan  data warehouse-nya, serbadigital.

Kini yang sedang dikerjakan adalah big data untuk mobile positioning data (MPD), untuk menghitung wisman dan wisnus yang sangat akurat.

Mantan Dirut Telkom ini memang meyakini, tanpa data yang akurat, real time, dia tidak bisa menganalisis dan membuat evaluasi cepat.

Padahal, keputusan-keputusan penting, harus diambil dalam ritme cepat dan tidak boleh eror.

"Itulah yang membuat korporasi itu lincah dan terus maju dengan teknologi digital," kata Arief.

Karena itu, Kemenpar bakal menggelar workshop nasional pemanfaatan mobile positioning data untuk mendukung statistik pariwisata pada 23 Maret 2017, mendatang.

Deputi Pemasaran Mancanegara Kemenpar Profesor I Gde Pitana mengatakan, workshop ini perlu digelar karena teknologi mobile positioning penting untuk penyediaan data pariwisata .

”Poinnya adalah workshop ini ini untuk lebih memahami tren pemanfaatan kecanggihan teknologi dalam rangka mendukung penyusunan statistik nasional dan tentunya statistik pariwisata. Kami akan bahas hal ini lebih detail,” ujar Pitana.

Rencananya, Kemenpar akan mengundang pembicara-pembicara yang kompeten di bidang ini.

Nama-nama Director Of The Tourism Market Trends Programme UNWTO John Kester, Antonio Lopez DeAvilla (professor of IE Business School, Former President of Segittur, Sasmito Hadiwibowo (Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS/Statistics Indonesia) akan hadir.

Erki Saluveer (Chief Technical Officer, Positium, Estonia), Siim Esko (Researcher of Mobile Big Data, Positium, Estonia), Christophe Demunter Head of Tourism Statistics Section, (EUROSTAT) akan memberikan pemaparan lewat Skype.

Peserta workshop yang telah diundang adalah dari pimpinan maupun perwakilan pihak Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia, Imigrasi, Kementerian Kominfo, Bappenas, Kepala Dinas Pariwisata dan akademisi.

Menurut Pitana, workshop tersebut akan mengupas perkembangan terkini di bidang teknologi infomasi dan komunikasi, terutama di sektor pariwisata.

Selain itu juga mencari lebih detail peluang dan keuntungan menggunakan mobile positioning data untuk membuat statistik pariwisata.

”Selain itu kami juga harus tahu bagaimana dapat memaksimalkan pemanfaaatan big data ini di semua lini pembangunan pariwisata ke depan. Kami harus bisa mendapatkan manfaatnya dengan baik terkait metode ini,” ujar pria yang biasa disapa Prof Pit itu.

Sementara itu, Arief meminta semua pihak mengambil sisi positif penggunaan penghitungan big data ini.

Menurut Arief, workshop bertujuan agar pelaku pariwisata mengetahui tren dan perkembangan terbaru yang sedang terjadi di indsutri pariwisata saat ini.

”Workshop ini sangat penting. Karena nantinya akan memberikan pemahaman yang lebih luas kepada peserta tentang pentingnya mobile positioning data untuk menghitung jumlah kunjungan wisman. Memberikan keyakinan bahwa metode ini valid dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai sumber data statistik resmi, memperkuat komitmen para pemangku kepentingan nasional untuk turut menyukseskan pembangunan pariwisata dengan cara menarik lebih banyak wisman datang ke Indonesia,” beber Arief. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bidik Wisata MICE, Kemenpar Susun NSPK dan SOP Kegiatan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler