Ini Kunci Sukses Menjadi Wirausahawan Sosial

Senin, 23 Juli 2018 – 13:53 WIB
Antusiasme para peserta AKM mengikuti pelatihan sebelum terjun langsung ke masyarakat

jpnn.com - Apa kunci utama kesuksesan berwirausaha sosial? Jawabannya adalah passion. Setidaknya itu yang dikatakan Maria Loretha, penggagas pengembangan pertanian tanaman sorgum di Flores saat mengisi kuliah umum di Auditorium Mandiri, Fisipol, Universitas Gadjah Mada (UGM) kemarin (22/7).

”Kalau minat dan gairah sudah dimiliki, maka pelaku wirausaha sosial akan terus menerus berusaha secara ikhlas tanpa berpikir dan berhitung keuntungan semata,” katanya dalam kuliah bertajuk Mengatasi Masalah Sosial melalui Sociopreneurship.

BACA JUGA: Akademi Kewirausahaan Masyarakat UGM Dibanjiri Peminat

Wirausaha sosial atau sociopreneurship menjadi tema bahasan karena sejalan dengan tujuan program Akademi Kewirausahaan Masyarakat (AKM) yang diinisiasi Creative-Hub Fisipol UGM. Program AKM diharapkan mampu mengurangi jumlah pengangguran terdidik atau sarjana pengangguran yang setiap tahunnya bertambah sekitar 60 ribu orang.

Kuliah umum yang merupakan agenda pertama AKM, diikuti 100 sarjana peserta AKM, mahasiswa UGM, dan masyarakat umum. Para peserta AKM yang bakal diterjunkan menjadi pendamping para wirausahawan di berbagai desa di tanah air adalah mereka yang belum terserap di dunia kerja.

BACA JUGA: Jumlah Pengangguran Terdidik, Ya Ampun!

Selain Maria Loretha, pemateri lain adalah Tri Mumpuni pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan dan Gamal Albinsaid pendiri Klinik Asuransi Sampah asal Malang.

Para pembicara berbagi pengalaman suka-duka selama proses merintis wirausaha sosial hingga diakui banyak pihak. Tri Mumpuni menekankan pentingnya dukungan kebijakan dari para pengambil keputusan yang berpihak pada keberlangsungan wirausaha sosial dan usaha kecil masyarakat lainnya.

BACA JUGA: Organisasi Alumni Perguruan Tinggi Harus Berkontribusi ke Almamater

Sementara Gamal Albinsaid menekankan bahwa wirausahawan sosial harus menjadikan dampak sosial sebagai target dari usahanya. “Bukan sekadar tentang personal profit atau keuntungan pribadi. Sebab alat ukur yang digunakan dalam sociopreneurship adalah nilai sosial dan bukan nilai uang,” kata Gamal. (JPNN/pda)

 


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler