jpnn.com - JAKARTA - Sekolah Cendekia Harapan, Jimbaran-Bali (CH) dan BINUS Online, Jakarta, berkolaborasi menyelenggarakan seminar bertema “Persiapan Wisata Indonesia di Tahun 2045”.
Sekolah Cendekia Harapan di Kabupaten Badung, Bali, menyambut Direktur Utama Pegasus Indonesia Travel Natalia Saputra yang akan memberikan pidato inspiratif, Kamis (29/10).
BACA JUGA: Pencopotan Baliho Ganjar-Mahfud Saat Kunker Jokowi Untuk Jaga Netralitas
Natalia menyebut bahwa Bali itu unik.
Keunikan Bali harus dijaga agar tetap selaras dengan dunia di sekitar.
BACA JUGA: Teknologi Digital Mampu Dongkrak Pariwisata Lokal Jadi Mendunia
"Para wisatawan datang ke sini bukan hanya untuk matahari dan pasir, tetapi untuk meresapi budaya kita yang kaya," ucap Natalia dalam pidatonya dikutip Selasa (1/11).
Dia melanjutkan inilah panggung untuk menjalin visi bersama tentang masa depan pariwisata Indonesia, yang harus memelihara elemen-elemen budaya yang menjadikan negeri ini unik di mata dunia.
BACA JUGA: Sentil Balik Cak Imin, Nusron: PKB 20 Tahun di Pemerintahan, Kok Bicara Perubahan?
Sebagai pulau kecil, Bali memiliki daya tarik yang tak tertandingi.
Pengaruh agama dan budayanya mencakup setiap aspek kehidupan sehari-hari.
Hal itu juga yang mengundang minat wisatawan dari seluruh penjuru dunia.
Pendapatan dari pariwisata yang dihasilkan Bali mencapai lebih dari separuh atau 61 persen total kontribusi nasional, berdasarkan data Produk Domestik Bruto pada tahun 2019.
Oleh karena itu, keberlanjutan Bali merupakan prioritas nomor satu.
Natalia mengungkapkan visi Indonesia Emas 2045 menunjukkan proyeksi kedatangan 50 juta wisatawan.
Masa depan pariwisata harus memperhatikan keberlanjutan.
Ini mencakup pelestarian alam, kehidupan harmonis bersama flora dan fauna asli, menjaga hubungan simbiosis yang berkelanjutan antara wisatawan dan tujuan, memastikan kualitas tetap tinggi, dan memelihara autentisitas lokal.
Dampak positif pariwisata harus dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Mulai dari petugas kebersihan hingga pemimpin industri pariwisata.
Dalam hal ini, pengendalian dampak negatif terhadap lingkungan dan peluang investasi dari wisatawan serta relasi mereka juga menjadi fokus.
Penyebaran wisatawan harus merata, mencakup wilayah-wilayah yang mungkin belum begitu populer, seperti Canggu.
Pendidikan dan pelatihan juga harus menopang perlindungan tenaga kerja lokal.
"Pariwisata yang sukses bergantung pada pilar-pilar yang mendasar. Ini mencakup uniknya alam, budaya, dan tradisi suatu daerah," terang Natalia.
Namun, pengembangan aksesibilitas juga menjadi penting karena pengalaman wisatawan sering kali dimulai dari perjalanan.
Infrastruktur harus mengimbangi peningkatan keberlanjutan dengan menjaga karakter lokal.
Keseimbangan antara kualitas dan harga juga harus dijaga.
Dia melanjutkan investasi dalam teknologi adalah langkah yang harus diambil untuk memajukan industri pariwisata Indonesia.
Dalam era digital ini, wisatawan mencari kemudahan, efisiensi, dan pengalaman yang memuaskan.
Oleh karena itu, penggunaan situs web dan aplikasi yang canggih adalah suatu keharusan.
Hal ini akan membantu para wisatawan menghindari pemborosan waktu dalam antrian atau prosedur administratif yang rumit, sehingga mereka dapat lebih banyak menikmati tujuan wisata.
Sejalan dengan itu, pelatihan pemandu lokal adalah faktor kunci untuk memberikan pengalaman terbaik kepada para wisatawan. Pemandu tidak hanya menjalankan peran sebagai penerjemah bahasa, tetapi juga bertanggung jawab atas keselamatan dan memberikan pengalaman terbaik.
"Mereka adalah duta Indonesia dan Bali di mata wisatawan, sehingga memiliki peran penting dalam memberikan kesan keramahan. Pelatihan berkualitas akan mendukung pemandu untuk memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pelaku wisata," urai Natalia.
Selain itu, suvenir tidak hanya sekadar barang, tetapi juga tentang pengalaman.
Para wisatawan mencari bukan hanya produk fisik, tetapi juga cerita di baliknya.
Proses pembuatan dan sejarahnya menjadi bagian dari pengalaman wisatawan.
"Dengan menggabungkan elemen edukatif dalam produk souvenir, kita memberikan nilai tambah kepada para wisatawan dan memungkinkan mereka untuk membawa pulang lebih dari sekadar kenang-kenangan fisik," jelasnya.
Pada akhir seminar, beberapa langkah strategis diajukan untuk menghadapi masa depan yang menantang.
Untuk perjalanan jauh, wisatawan membutuhkan pengalaman yang merangsang.
Pemanfaatan teknologi canggih di industri pariwisata adalah prioritas.
Pembangunan hotel harus diatur sedemikian rupa agar tidak berlebihan.
Selain itu, peran pemandu lokal sangat penting dalam memberikan pengalaman yang luar biasa, bukan hanya dalam hal bahasa, tetapi juga menjaga keselamatan wisatawan.
"Penggunaan teknologi, seperti situs web dan aplikasi, harus ditingkatkan untuk memberikan pengalaman yang lebih baik dan efisien bagi para wisatawan," pungkas Natalia Saputra.
Sebagai informasi, seminar besutan Cendekia Harapan dan BINUS Online telah menyuarakan komitmen mereka untuk membantu menciptakan masa depan pariwisata Indonesia yang berkelanjutan, memikat, dan bermanfaat bagi semua.
Seminar ini tidak sekadar wadah untuk berbagi informasi, tetapi juga merupakan upaya bersama untuk mencapai masa depan yang penuh harapan menuju Indonesia Emas 2045 dalam sektor pariwisata yang adil dan lestari. (esy/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Mesyia Muhammad