jpnn.com - JAMBI - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) memprioritaskan revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional Candi (KCBN) Muaro Jambi di Provinsi Jambi.
Revatalisasi itu sebenarnya sudah dilakukan pada 2022, yang meliputi pemugaran, perencanaan pemugaran, normalisasi parit keliling, dan penataan lingkungan.
BACA JUGA: Kemendikbudristek Siapkan Dana Rp 600 Miliar untuk Revitalisasi KCBN Muarojambi
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud) Kemendikbudristek Fitra Arda mengatakan untuk tahun ini akan dibangun museum, pemugaran Candi Kotomahligai dan Candi Paritduku, perencanaan pemugaran Candi Sialang dan Candi Alun-Alun, dan penataan lingkungan Candi Kotomahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong, dan Candi Astano serta normalisasi parit dan kolam.
"Pelestarian candi-candi tersebut bertujuan menajamkan akal budi, menguatkan rasa kemanusiaan, serta menyusuri jejak masa lampaunya sebagai poros edukasi Budhisme tertua dengan area terluas di Asia Tenggara," terang Fitra Arda dalam Diskusi Kebijakan dan Kebudayaan dengan Media Massa yang dihadiri 25 wartawan dari sejumlah media massa nasional.
BACA JUGA: Kemendikbudristek Menggencarkan Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan
Adapun Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) Kemendikbudristek pada Sabtu (3/2) mengajak sejumlah media massa nasional berkunjung ke kawasan Muaro Jambi dan mempublikasikan upaya revitalisasi KCBN Muaro Jambi.
Menurut Fitria, revitaliasi KCBN Muaro Jambi merupakan sebuah langkah tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
BACA JUGA: Kemendikbudristek Siap Lepas Mahasiswa Program Kampus Mengajar Angkatan 7
Dalam UU tersebut, ada dua hal yang dituju, yaitu berkaitan dengan ketahanan budaya serta kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia.
Pelestarian KCBN Muaro Jambi tidak hanya berfokus pada cagar budaya, tetapi juga mengembangkan pelindungan alam dan lingkungan.
“Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam revitalisasi di kawasan ini, yaitu menjadikan kawasan ini sebagai pusat pendidikan, penguatan sumbu imajiner dengan menata kawasan candi, penguatan ekosistem melalui ekonomi kerakyatan berbasis kebudayaan tak benda,” ungkap Fitra.
Dalam menjalankan aktivitasnya, kawasan ini akan dibentuk tata kelola di bawah naungan museum dan cagar budaya.
Guna mendukung revitalisasi ini, Ditjenbud Kemendikbudristek telah memusatkan agenda ke Muaro Jambi.
Misalnya, untuk menguatkan nilai dari kawasan ini, Ditjenbud melaksanakan Festival Kenduri Swarnabhumi dan Pasar Dusun Karet (PADUKA).
Adapun PADUKA merupakan tempat untuk menjual makanan atau minuman khas masyarakat Desa Muaro Jambi.
Pengembangan kawasan ini diharapkan tidak menghilangkan esensi perdesaannya, dan masyarakat menjadi aktor utama dalam pengelolaannya.
Selain itu, pembangunan KCBN Muaro Jambi juga bertujuan untuk mengedukasi masyarakat bahwa kebudayaan bukan sekadar cagar budaya dan seni tari.
Namun, lebih dari itu, kebudayaan adalah metode dalam pembangunan dan menyiapkan fondasi dasar bagi kemajuan bangsa.
“Saat ini, kebudayaan sudah tidak lagi dianggap sebagai cost, tetapi investasi jangka panjang,” ungkap Fitra.
Investasi kebudayaan berupa pementasan dalam rangka pengenalan budaya, membuka ruang inklusif yang menghubungkan kebinekaan, serta membangun ekonomi kerakyatan secara jangka panjang.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Agus Widiatmoko menambahkan bahwa KCBN Muaro Jambi jangan hanya dipandang sebagai destinasi pariwisata, melainkan sebagai pusat peradaban yang mencerminkan warisan budaya.
“Kita harus melihat Muaro Jambi sebagai pusat peradaban yang menyediakan ruang untuk belajar dan penelitian yang mendalam,” ucap Agus.
Selain itu, peran masyarakat sangat penting untuk menjadi wahana bagi pengembangan ekonomi lokal dan pemajuan pendidikan. (esy/jpnn)
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Mesyia Muhammad