jpnn.com - SURABAYA - Sejak awal Oktober lalu, pergerakan semu matahari sudah melintas di atas Kota Surabaya. Diprediksi, posisi matahari tepat di atas jantung Kota Pahlawan pada Rabu (14/10).
Fenomena itu mengakibatkan potensi turun hujan sangat kecil serta menjurus pada kekeringan. ''Musim kemarau normal memang biasanya berlangsung sampai Oktober,'' ujar Kepala Stasiun Meteorologi Juanda Blucher Doloksaribu.
Berdasar pantauan Blucher, di sebagian besar wilayah Jawa Timur, tidak terjadi pembentukan awan-awan CB (cumulonimbus) sejak april lalu. Awan CB merupakan pertanda terjadinya hujan. Bahkan, di sejumlah daerah sudah mengalami musim ekstrem.
BACA JUGA: Malam 1 Sura Polisi Kerahkan 1.500 Personel, ada Apa?
Tanda-tanda musim ekstrem tersebut ialah suhu udara permukaan lebih dari 35 derajat Celsius, kecepatan angin lebih dari 25 knot (46,3 kilometer per jam), curah hujan dalam sehari kurang dari 50 mm, dan tinggi gelombang laut lebih dari 2,5 meter.
Koordinator BMKG Jawa Timur itu memperkirakan suhu udara pada puncak musim kemarau di atas 35 derajat Celsius. Posisi matahari siang tersebut tepat di atas ubun-ubun orang saat berada di luar rumah. ''Suhu udara dua hari terakhir sudah mencapai 24-35 derajat Celsius. Nantinya, bisa terasa lebih panas lagi,'' ujarnya.
BACA JUGA: Paling Brengsek Angkot 05, Ini Langkah Tegas Wali Kota Bandung Ridwan Kamil
Pergerakan semu matahari tersebut diperkirakan berlangsung hingga hampir sepekan. Setelah itu, metropolis bersiap menghadapi pancaroba. Yakni, musim transisi dari kemarau ke penghujan yang ditandai pembentukan awan menjelang akhir tahun mendatang.
''Kemarau kami prediksi berakhir Desember nanti,'' tutur mantan kepala Stasiun Meteorologi Pekanbaru tersebut.
BACA JUGA: Suami Paksa Istri Begituan di Kamar Mandi, eh...jadi Terdakwa
Sementara itu, kekeringan sebagaimana disampaikan Blucher direspons Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim dalam mengatasi keterbatasan air. Menurut Kepala BPBD Jatim Sudarmawan, sejak September lalu, ada 24 kabupaten/kota yang kekeringan. ''Kami bekerja sama dengan BPBD kabupaten/kota mengedrop air,'' ungkapnya.
Pria yang diajukan sebagai Pj Bupati Sumenep itu juga menyusun solusi jangka panjang. Yakni, pembuatan sumur bor dan embung geomembran dan membangun sistem perpipaan untuk distribusinya. (sep/ian/c20/fta)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Asap Pekat Masih Menyelimuti Kota Palembang
Redaktur : Tim Redaksi