jpnn.com, BATAM - Batam, Kepulauan Riau, merupakan salah satu daerah yang angka kematian ibu saat melahirkan masih tinggi.
Data 2017, dari seratus ribu kelahiran, angka kematian ibu jumlahnya hampir mencapai 300 kematian.
BACA JUGA: Seludupkan 40 Ribu Butir Ekstasi 4 WN Malaysia Ditangkap
Hal tersebut dibenarkan pemilik Rumah Sakit Bersalin Ibu dan Anak (RSIA) Batam, Dokter Amir Hakim Siregar, saat memberikan materi kegiatan BKKBN pusat tentang kanker serviks bersama Plt Kepala BKKBN pusat, Sigit Priyo Hutomo di Batam, Senin (5/2).
"Jumlah angka kematian ibu melahirkan di Batam ini hampir sama atau mendekati jumlah angka kematian ibu secara nasional. Mayoritas ibu yang meninggal ini adalah pasien rujukan dari pulau-pulau yang terlambat ditangani. Saat dirujuk ke rumah sakit di Batam, si ibu yang hendak melahirkan ini sudah meninggal dunia," ujar dokter spesialis kandungan, Amir Hakim Siregar didampingi Plt Kepala BKKBN Pusat, Sigit Priyo Hutomo.
BACA JUGA: Pintu Mobil Dibobol, Uang Ratusan Juta Raib
Itulah salah satu penyebab terbesarnya angka kematian ibu di Batam, yakni terlambat penanganan
Untuk menekan tingginya angka kematian ibu saat hendak persalinan, lanjut Amir Hakim, yang harus diperbaiki secepatnya adalah audit maternalnya. Hal tersebut jadi ranah Dinas Kesehatan.
BACA JUGA: Mantap! Batam Kini Marak Destinasi Wisata Baru
"Di daerah manapun itu, audit maternal itu sangat sulit dilakukan. Sebab, tak semua bidan yang menangani persalinan, atau tenaga yang tersebar itu mampu memberikan laporan yang benar tentang kenapa si ibu meninggal. Apakah meninggal karena penyakit seperti kanker serviks yang lambat terdeteksi atau karena apa," terang Amir Hakim.
Saat ini, untuk mendapatkan laporan angka kematian ibu saat persalinan di Batam, satu-satunya hanya mengandalkan dari data rumah sakit saja.
"Ini yang akan kami sosialisasikan bersama BKKBN ke masyarakat di Batam. Salah satu caranya yang dengan memberikan pelatihan dan juga pendidikan kepada tenaga medis maupun paramedis terkait persalinan. Termasuk kader-kader BKKBN, seperti misalnya di posyandu," kata Amir Hakim.
Sementara, Plt Kepala BKKBN Pusat, Sigit Priyo Hutomo yang mengisi seminar hari kanker sedunia yang jatuh pada 4 Februari ini mengatakan, kegiatan mengenai sosialiasi terkait bahaya ancaman kanker serviks ke kaum perempuan, harus bisa sedini mungkin kanker serviks itu dideteksi.
"Sekarang ini tiap satu jam perempuan meninggal karena disebabkan penyakit kanker serviks.
Itu yang akan kami usahakan pencegahannya. Kanker serviks ini juga jadi salah satu penyebab angka kematian ibu saat persalinan di Indonesia," terang Sigit.
Untuk mencegah itu, Sigit mengimbau para remaja agar tak menikah di usiah dini, serta tak berhubungan di luar nikah.
"Usia ideal melangsungkan pernikahan itu 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki- laki. Selain itu, saat wanita hamil, harus dapat mencegah stunting, (gizi buruk) pada bayi yang dikandungnya agar tak kekurangan asupan gizi. Begitu juga dengan ibunya," ujar Sigit.(gas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Asisten Simon Mc Menemy Ditunjuk Jadi Pelatih Kepri Jaya FC
Redaktur & Reporter : Budi