Ini Penyebab Masyarakat Makin Berani Mengkritik Polri

Selasa, 02 Juli 2019 – 16:35 WIB
ILUSTRASI. Aparat Kepolisian siap menjaga keamanan menjelang dan saat pelaksanaan Pilkada Serentak 2018. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) Edi Hasibuan mengucapkan selamat kepada seluruh jajaran Polri, yang berulang tahun ke-73 pada Senin (1/7) kemarin.

Menurut Edi, di usia ke-73 tahun, sudah banyak prestasi dan capaian yang diraih kepolisian dalam pengabdian di tengah masyarakat. Termasuk dari sisi reformasi Polri, juga sudah sangat dirasakan masyarakat. Polisi semakin matang dan semakin profesional dalam tugas. Sejak beberapa tahun terakhir, Polri banyak perubahan dan pembenahan ke arah yang lebih baik.

BACA JUGA: Pilpres Selesai, MenPAN RB Imbau ASN, TNI dan Polri Kembali ke Rutinitas

"Hasil survei salah satu media cetak nasional menyebutkan, sebanyak 73,6 persen masyarakat puas dengan kinerja kepolisian menangani kasus terorisme. Kemudian 70,5 persen masyarakat puas dengan penanganan kejahatan kriminal dan masyarakat puas polisi menangani SARA sebesar 64.6 persen," ujar Edi di Jakarta, Selasa (2/7).

Mantan komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) ini membenarkan, di tengah upaya Polri terus berbenah, sebagian masyarakat tetap menilai kinerja mereka belum maksimal. Masyarakat menginginkan pasukan baju coklat itu terus meningkatkan kinerja dan profesionalisme.

BACA JUGA: Catatan YLBHI di Hari Bhayangkara: Polisi Masih Sering Menyiksa

"Harapan masyarakat terhadap Polri begitu tinggi. Keinginan itu tentu akan menjadi bahan renungan buat seluruh jajaran Polri. Tetapi memang harus dipahami, tidak mungkin semua masyarakat Indonesia yang jumlahnya 250 juta jiwa puas terhadap kinerja Polri," ucapnya.

BACA JUGA: Pernah Garap Novel Baswedan, Perwira Polri Ini Dinilai Tak Layak Pimpin KPK

BACA JUGA: YLBHI Tuntut Pemerintah Serius Mereformasi Polri

Pemegang gelar doktor hukum ini lebih lanjut mengatakan, harapan masyarakat di seluruh dunia terhadap polisi sama, menginginkan agar dapat bekerja dengan cepat, tepat dan selalu benar. Polisi tidak boleh salah dan tindakannya harus sesuai aturan hukum.

Harapan masyarakat tersebut, secara perlahan mulai diwujudkan oleh Polri yang kini di bawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Di tengah tugas berat yang ada, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri, kata Edi, terus meningkat dari tahun ke tahun.

Hasil survei Lemkapi menunjukkan, pada 2016 tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri hanya 68 persen. Naik menjadi 78 persen pada 2017 dan naik kembali menjadi 82 persen di 2018.

"Kami berharap kinerja Polri semakin baik agar semakin dicintai masyarakat. Tugas Polri ke depan diprediksi semakin berat. Masalah terorisme, narkoba, konflik sosial dan hoaks akan tetap menjadi fokus utama bhayangkara negara ini," ucapnya.

Menurut pakar hukum dan pakar kepolisian dari Universitas Bhayangkara ini menilai, Polri perlu meningkatkan sumberdaya manusia yang ada untuk menjawab keinginan dan harapan masyarakat.

Langkah tersebut penting, apalagi belakangan ini masyarakat semakin kritis. Tidak lagi melihat polisi yang seram dan wajah angker seperti dulu. Tampilan polisi yang humanis, penolong dan bersahabat dengan rakyat, membuat masyarakat berani terang terangan mengkritisi Polri.

"Inilah dampak ketika polisi dekat dengan rakyat dan polisi menjadi sahabat masyarakat. Jangan heran apabila rakyat setiap waktu mengkritik polisi di berbagai media sosial, itu karena rakyat sayang polisi," katanya.

Edi menilai, rakyat ingin Polri semakin baik. Karena itu, kritikan yang ada penting dijadikan sebagai obat dan masukan yang berharga. Edi juga menyebut, semua kinerja polisi kini begitu transparan, karena diawasi dan dipantau langsung masyarakat. Suka atau tidak suka, perkembangan teknologi yang sangat mengubah manusia dengan profesi apa pun untuk bekerja semakin baik.

"Catatan Lemkapi menunjukkan, kinerja Polri terus diuji. Sesuai UU Nomor 2/2002 tentang Polri, polisi memiliki tugas sebagai pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat. Polri juga bertugas sebagai penegak hukum. Tugas paling berat dihadapi polri sejak lahir menurut catatan saya, pengamanan Pemilu 2018 hingga 2019. Tugas berat ini membuat Polri semakin matang dan dewasa," tuturnya.

Menurut Edi, walau sudah bekerja cukp baik, tudingan miring terhadap bhayangkara negara masih tetap ada. Walau sudah memberikan pengabdian terbaik, kritikan, hinaan dan cercaan serta tuduhan tidak profesional masih saja dialamatkan kepada Polri.

Bahkan, berbagai hoaks yang isinya menyudutkan Polri dan lembaga lain bermunculan. Pengaruh hoaks begitu dahsyat dan sering menggangu keamanan bangsa. Hoaks bisa mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.

Edi menilai, publik setuju hoaks harus dihentikan dan pelakunya dijatuhi sanksi hukuman berat, demi Indonesia yang damai. Karena itu, polisi diharapkan dapat bertindak tegas dan adil, demi melindungi rakyat.

"Sejak tiga tahun terakhir polisi begitu sibuk menghadapi hoaks yang tiap hari beredar secara masif dan tidak jarang memprovokasi masyarakat," katanya.

Menurut Edi, hoaks begitu aktif bermunculan di media sosial yang isinya mengadu domba masyakat, menyerang pemerintah, elite politik, bahkan Kapolri. Polisi setiap hari sibuk mengklarifikasi tuduhan dan hinaan yang seringkali dialamatkan kepada korps bhayangkara itu.

Atas kondisi ini, Polri harus melakukan penegakan hukum. Tentu dilakukan demi melindungi dan menegakkan keadilan bagi semua masyrakat. Karena polisi berkomitmen untuk selalu melindungi masyrakat. Polisi penting untuk tetap berkomitmen selalu siap kapan dan di mana saja untuk hadir, jika dibutuhkan masyarakat.

"Saat terjadi kerusuhan 22 Mei di Jakarta, usai KPU mengumumkan hasil pemilu, pemerintah membatasi penggunaan medsos jenis WhatsApp, Facebook dan Istagram. Kebijakan itu begitu ampuh, situasi keamanan dalam negeri yang tadinya dikhawatirkan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa, kembali normal," ucap Edi.

Di lain pihak, kinerja Polri dan TNI terus bekerja keras tanpa mengenal waktu. Polisi dan TNI berupaya keras mengamankan kerusuhan untuk melindungi masyarakat. Kinerja aparat keamanan ini banyak diapresiasi masyarakat karena publik sadar, keamanan negara dan rakyat merupakan segalanya.

Menurut Edi, masyarakat yang kritis kini tidak lagi mau lagi diadu domba. Kini saatnya semua anak bangsa membangun negara dan bangsa setelah usai mengikuti proses pemilu yang panjang, demi Indonesia yang aman.

"Selamat HUT kepada Polri. Kami bangga polisi semakin promoter (profesional, modern dan terpercaya). Terima kasih atas pengabdianmu," pungkas Edi.(gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Koordinator Aksi Kawal MK Tak Minta Izin ke Polisi


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler