jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Boni Hargens menilai, politikus dari partai oposisi kehilangan kreativitas berpikir. Tak mampu menemukan cara yang cerdas dan demokratis untuk mendelegetimasi pemerintah. Akibatnya, oposisi mulai kehilangan makna.
"Karena tak menemukan cara yang cerdas, mereka menempuh jalan pintas. Kemungkinan dengan meminjam tangan-tangan ormas dan kekuatan non-partai melakukan serangan dengan cara yang tak bermoral dan melawan prinsip kejujuran dalam demokrasi an sich," ujar Boni, di Jakarta, Sabtu (10/3).
BACA JUGA: RJB Gunakan Filosofi Sapu Lidi untuk Jurus Menangkan Jokowi
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) ini juga menilai, oposisi kehilangan makna karena para kritikus dan akademisi yang menjadi partisan partai oposisi, mengalami bias berpikir.
"Ada kecenderungan mencari informasi hanya untuk membenarkan asumsi dan hipotesis tuduhan serta prasangka yang sudah ada di kepala mereka," ucapnya.
BACA JUGA: Soal MCA, MUI Sebut Wakapolri Pahami Perasaan Umat Islam
Para akademisi partisan oposisi, lanjut Boni juga memakai perangkat keilmuan untuk merancang survei dan analisis akademik, untuk mendukung dan melegitimasi prasangka dan tuduhan tentang pemerintah. Akibatnya, oposisi politik makin kehilangan rohnya.
"Oposisi terbuka melalui media sosial juga telah menggeser peran oposisi formal di parlemen. Karena kehilangan publik trust akibat buruknya kinerja wakil rakyat," kata Boni.
BACA JUGA: Hoaks Buatan MCA Tak Akan Gerus Elektabilitas Jokowi
Dunia maya sebenarnya peluang untuk memperkuat masyarakat sipil, tegas Boni. Tapi di tangan para perusak peradaban, berubah menjadi lahan pembantaian tak bermoral.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Jokowi Bicara Manfaat Demokrasi di Rapimnas Demokrat
Redaktur & Reporter : Ken Girsang