jpnn.com - Penyakit pembuluh darah atau kardiovaskular adalah penyebab 85 persen kasus kematian di seluruh dunia. Di antara sekian jenis penyakit tersebut, salah satu yang tergolong sering terjadi adalah serangan jantung. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, kasus penyakit jantung mencapai angka 1,5% di Indonesia.
Tidak dimungkiri, penyakit jantung yang bisa berujung pada serangan jantung memang tak hanya terjadi pada orang lanjut usia. Semakin ke sini, keadaan mematikan tersebut semakin sering dialami oleh mereka yang masih muda. Hal tersebut dibenarkan oleh peneliti dari University of North Carolina, yang berkata bahwa kasus penyakit jantung pada usia muda memang kian meningkat. Peningkatan terbesar kasus ini terlihat pada kelompok wanita muda.
BACA JUGA: Waspada, ini 5 Penyebab Kematian Paling Umum pada Wanita
Lebih lanjut, serangan jantung pada wanita juga dapat terjadi usai proses melahirkan. Terkait hal itu, penelitian di University of Illinois menyatakan bahwa risiko gagal jantung paling sering terjadi pada wanita yang baru saja melewati proses melahirkan selama 6 minggu. Tahukah Anda mengapa begitu?
Serangan jantung usai melahirkan
BACA JUGA: Daging Merah Ternyata Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung
Serangan jantung merupakan kondisi ketika aliran darah menuju ke organ jantung terhambat. Sebagian besar penyebab dari keadaan tersebut adalah penyumbatan pembuluh darah oleh plak (aterosklerosis), sehingga otot jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh. Alhasil, gangguan fungsi di berbagai organ tubuh tak bisa dihindari lagi.
Pada wanita yang baru melahirkan, serangan jantung paling sering disebabkan oleh robekan pembuluh darah koroner secara spontan. Dalam medis, keadaan tersebut dikenal dengan sebutan spontaneous coronary artery dissection (SCAD).
BACA JUGA: 3 Cara Mengatasi Kecanduan Fast Food
Pada SCAD, terjadi robekan pada pembuluh darah arteri koroner jantung. Saat lapisan dalam arteri koroner terpisah dari lapisan luar, darah dapat merembes ke ruang di antara kedua lapisan tersebut. Sebagai akibatnya, akumulasi darah di ruang tersebut dapat memperparah robekan sebelumnya dan membentuk bekuan darah. Pada akhirnya, aliran darah ke jantung menjadi terhambat.
Menurut penelitian di Mayo Clinic, SCAD paling sering terjadi dalam periode 1 bulan usai melahirkan. Sementara itu, berdasarkan data kelahiran di Amerika, kejadian SCAD usai melahirkan lebih sering ditemukan pada wanita yang melewati riwayat terapi infertilitas (gangguan kesuburan), dan mengalami preeklamsia.
Lebih spesifik, kejadian SCAD usai melahirkan dipercaya dipengaruhi oleh mekanisme yang terjadi pada tubuh wanita, di antaranya perubahan hormon dan perubahan keseimbangan hemodinamik. Di samping itu, masih terdapat faktor lain yang juga memengaruhi terjadinya SCAD usai melahirkan meski belum diketahui secara jelas.
Adapun gejala yang dapat timbul pada SCAD, yaitu serupa dengan gejala serangan jantung pada umumnya. Gejala-gejala yang meliputi, misalnya dada berdebar, nyeri dada, sesak napas, berkeringat, kelelahan ekstrem, mual, hingga pusing. Kemudian, nyeri dada yang dialami dapat terasa menjalar ke lengan, bahu, atau rahang.
Antisipasi serangan jantung usai melahirkan
Guna mengantisipasi terjadinya serangan jantung usai melahirkan, disarankan bagi setiap wanita agar sejak awal mempersiapkan kehamilannya sebaik mungkin. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor risiko yang mungkin dimiliki pada kehamilan yang akan datang, seperti sindrom metabolik, hipertensi atau darah tinggi, obesitas, malnutrisi, hingga kebiasaan merokok atau menggunakan obat-obatan tertentu.
Di samping itu, yang tak kalah penting dan harus dilakukan secara berkelanjutan adalah penerapan gaya hidup sehat. Caranya, berolahraga secara rutin dan teratur, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, cukup istirahat, kelola stres dengan baik, serta jauhi rokok dan alkohol.
Memang, mekanisme terjadinya serangan jantung usai melahirkan belum diketahui secara detail. Akan tetapi, perencanaan hamil yang baik dan kontrol kehamilan secara rutin dapat membantu Anda mengantisipasi terjadinya keadaan tersebut. Selain itu, jika Anda memiliki faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular atau mengalami gejala terkait serangan jantung, segeralah periksakan diri ke dokter.(NB/ RVS/klikdokter)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sering Makan Gorengan Bisa Picu Radang Tenggorokan?
Redaktur & Reporter : Yessy