jpnn.com - JAKARTA - Meski ada imbauan untuk tidak membawa anak saat aksi 212, Jumat (2/12) besok, namun Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia memprediksi akan banyak bocah yang terlibat.
Seperti menonton tayangan televisi, justru orang tua harus mengajak anak menjadi pemirsa aktif.
"Artinya, orang tua punya peran strategis untuk menerjemahkan substansi aksi ke anak-anak. Misal: pentingnya penghormatan terhadap agama lain, kepemimpinan yang santun, kepatuhan pada hukum, penyampaian aspirasi secara tertib, dan lain-lain," tutur Reza Indragiri Amriel dari LPA Indonesia, Kamis (1/12).
BACA JUGA: KPK Tunggu Perma untuk Libas Korupsi Korporasi
Dia mengatakan, kalau memang ingin mengajak anak, ingatlah bahwa mengikutkan anak ke dalam aksi massa butuh persiapan ekstra. Misalnya, cek kesehatan anak, baca ramalan cuaca, bawa perlengkapan anak, perhatikan situasi kerumunan, ingat lokasi unit-unit bala bantuan di lapangan.
"Pejabat negara jangan ambil posisi berhadap-hadapan dengan massa. Jadilah bagian dari peserta aksi itu sendiri. Nostalgia saat kampanye pilpres dan pilkada, ketika stamina seolah tanpa batas untuk menyalami dan menebar senyum ke semua orang. Anak-anak menafsirkan situasi berdasarkan gestur orang-orang dewasa," jelasnya.
BACA JUGA: Aksi 212 Bukan Demo Konvensional, Tuntutan Tetap Penjarakan Penista Alquran
Selain itu, waspadai anak hilang, tersesat, sakit. Patuhi pembatasan waktu aksi. Seseru apa pun situasi aksi, tanpa harus menunggu aksi usai, kondisi anak merupakan peluit mutlak yang mengatur orang tua kapan lanjut dan kapan berhenti.
"Rumah dan sekolah bisa berfungsi sebagai wahana refleksi pascaaksi 212. Yakni dengan meminta anak melukis, mengarang, mendongeng, memotret situasi aksi," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA JUGA: Novanto Temui Prabowo, Inilah Hasilnya
BACA ARTIKEL LAINNYA... Untuk Peserta Aksi 212, Tolong Simak Pesan Pak Prabowo Ini
Redaktur : Tim Redaksi