Ini Saran dari Mantan Kombatan

Jumat, 15 Januari 2016 – 07:57 WIB
Aparat keamanan tetap siaga usai aksi pengeboman di kawasan Sarinah, kamis (14/1). Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Mantan kombatan asal Poso yang pernah berada di medan konflik bersama Santoso (terorisme buronan polisi), Rofik Syamsuddin berharap polisi mengevaluasi penangkapan-penangkapan yang dilakukan selama ini. Dia menduga mereka yang tertangkap merupakan orang ring terjauh dari otak teroriS selama ini.

’’Saya berharap polisi juga bisa menangkap hidup-hidup. Sebab kalau ditembak mati semua selesai pengembangannya,’’ jelas pria yang pernah dipidana atas kasus terorisme ini.

BACA JUGA: Gandeng Aktivis dan LSM Kawal Pembangunan Desa dinilai Langkah Cerdas

Menurut Rofiq, intelejen juga harus mengevaluasi pola teror yang mulai berpindah orientasi sasaran. Kini tak lagi teror terhadap simbol-simbol agama dan kantor asing namun juga pusat keramaian.

’’Coba saja dilihat saja teror yang terjadi di sekitaran Jakarta selama ini,’’ ujar pria yang pernah menantang sanggup menangkap Santoso ini.

BACA JUGA: Telepon Berdering, Wajah Luhut Panjaitan Tampak Tegang

Secara terpisah, Kementrian Dalam Negeri Tjahjo Kumolo meminta agar semua pimpinan daerah di seluruh Indonesia untuk siaga satu.

”Saya kira ini satu warning bahwa seluruh daerah harus siaga satu untuk melancarkan seluruh proses,” ungkap Tjahjo saat ditemui di Pengadilan Tinggi Tipikor, kemarin (14/1).

BACA JUGA: Kalau Profesional, Mereka Menggunakan M-16 atau AK-47

Pihaknya pun meminta pimpinan daerah melakukan koordinasi secara rutin dan cepat untuk mengantisipasi setiap gelagat perkembangan dinamika yang berkembang di daerah. Tjahjo melanjutkan pihaknya menjamin aparat kepolisian TNI dan BIN mampu mengendalikan gerakan teror kota  yang tidak bertanggungjawab.

Peneliti Pusat Penelitian Keagamaan Balitbang Kemenag Abdul Jamil Wahab mengatakan aksi teror di pusat Jakarta kemarin bisa dianalisis bahwa akarnya dari keberadaan paham salafi jihadi. ’’Di Indonesia ada dua kelompok Islam salafi. Yaitu salafi dakwah dan salafi jihadi,’’ katanya.

Tujuan utama kelompok salafi itu adalah pemurnian Islam. Mereka ingin Islam seperti apa yang ada di negara-negara Arab. Mereka menginginkan Islam yang murni sehingga gerakannya disebut purifikasi. Nah untuk kelompok salafi jihadi, upaya pemurniannya diwarnai dengan aksi jihad. Bentuknya bisa pertempuran frontal baku tembak, peledakan bom, maupun bom bunuh diri.

’’Kejadian kemarin tidak lepas dari gabungan antara gerakan salafi jihadi dengan ISIS,’’ jelas dia. Keberadaan kelompok salafi jihadi jauh lebih dulu sebelum ISIS masuk ke tanah air. Saat ini kelompok salafi jihadi yang ada di Indonesia ada dua yaitu Negara Islam Indonesia (NII) dengan segala kelompok turunanya dan Jamaah Islamiyah. (byu/syn/gun/lus/wan/far/idr/yuz/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... BOM SARINAH: Banyak Paku Menancap di Tubuh Korban


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler