Ini Syarat untuk Capai Swasembada Pangan

Sabtu, 22 April 2017 – 16:34 WIB
GAGAL PANEN: Areal persawahan dan pemukiman penduduk di Pandeglang, Banten terendam banjir akibat hujan yang terus mengguyur sejak Rabu (8/2) malam hingga Jumat (10/2). Ilustrasi by: Yasril/ INDOPOS

jpnn.com, SUMENEP - Pencapaian swasembada pangan tak hanya ditentukan oleh ketersediaan infrastruktur dan input pertanian.

Hal terpenting adalah daya dukung lingkungan pertanian itu sendiri.

BACA JUGA: Gorontalo Butuh 400 Operator Mesin Pertanian, Gajinya Wow

Kerusakan lingkungan pertanian bisa menyebabkan peningkatan serangan hama penyakit yang berujung pada kegagalan produksi.

Dalam satu dasawarsa terakhir, serangan hama penyakit di pertanian terus terjadi dan turut memengaruhi produksi pangan nasional.

BACA JUGA: Industri Pengolahan Hasil Pertanian Cerah

Data Klinik Tanaman Institut Pertanian Bogor (IPB) menunjukkan, setidaknya ada lima hama penyakit utama akibat rusaknya lingkungan pertanian.

Yakni, wereng, walang sangit, ulat penggerek, keong mas, dan tikus.

BACA JUGA: Pemerintah Didorong Kembangkan Keberagaman Komoditi

Masalah itulah yang menjadi latar belakang penyelenggaraan seminar nasional dan pelatihan tentang pengelolaan agroekositem sehat dan berkelanjutan yang digelar oleh Gerakan Petani Nusantara (GPN), Universitas Wiraraja dan didukung oleh Komando Armada Timur (Koamartim) di Auditorium Universitas Wiraraja, Sumenep, Jawa Timur, Sabtu (22/4).

Dosen Universitas Brawijaya Gatot Mudjiono mengatakan, budi daya pertanian tak bisa dipisahkan dari sikap dan perilaku serta kondisi lingkungan pertanian. Kerusakan lingkungan pertanian bukanlah sebab tetapi akibat. Situasi itu lahir karena perlakuan manusia terhadap lingkungan negatif.

“Tidak mengherankan jika lingkungan pertanian makin rusak kalau kita masih tidak mengindahkan keseimbangan alam. Penyemprotan pestisida di luar batas, penggunaan input pertanian kimiawi di luar aturan menjadi hal yang biasa” terang Gatot.

Perbaikan kondisi lingkungan pertanian perlu dilakukan segera dan dimulai dari pemahaman dan perubahan perilaku petani.

Oleh karenanya, penguatan kapasitas petani menjadi syarat wajib.

Salah satu yang bisa didorong adalah model pengendalian hama terpadu (PHT). Dengan sekolah lapang ini petani bisa mengalami langsung dan berubah perilakunya.

Sementara itu, Direktur Klinik Tanaman IPB Widodo mengatakan, kesehatan tanah menjadi komponen penting dari kesehatan lingkungan pertanian secara keseluruhan.

Kesehatan tanah harus dijaga dengan cara menjaga kehidupan mikroba tanah.

“Sudah saatnya kita lebih peduli terhadap tanah tempat kita berbudi daya. Tanah kita itu hidup dan harus dihidupi. Terpeliharanya kehidupan mikroorganisme dalam tanah menjadi kunci. Salah satu cara yang mudah dilakukan adalah dengan mengurangi input kimiawi sintetis yang merusak dan menambahkan bahan organik lebih banyak, salah satunya dari jerami” tambah Widodo.

Di sisi lain, Kepala Departemen Pertanian IPB Dr Suryo Wiyono mengatakan, perlakuan lingkungan pertanian harus dilakukan dalam kerangka yang utuh. Pendekatan biointensif bisa menjadi pilihan.

Dengan pendekatan ini akan terjadi perbaikan lingkungan pertanian, sifat fisik dan kimia tanah membaik, keragaman serangga dan mikroba meningkat dan mikrobakteri di tanah makin banyak.

“Dengan pendekatan ini, percobaan yang dilakukan di Karawang dan beberapa kota lain menunjukkan peningkatan produksi sekurangnya sepuluh persen. Model ini juga memungkinkan kondisi pertanian yang sehat, petani meningkat pendapatannya” tegas Suryo. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cara Ini Efektif Meningkatkan Kesejahteraan Petani


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler