Ini Toleransi, Pastor dan Para Ibu Muslimah Nobar Pesparani

Minggu, 28 Oktober 2018 – 00:10 WIB
Suasana toleransi beragama di Pesparani. Foto: Natalia/JPNN

jpnn.com, AMBON - Kota Ambon, Maluku adalah salah satu contoh tempat di Indonesia yang menyuburkan nilai toleransi kerukunan hidup antarumat beragama. 

Ini terlihat jelas sejak persiapan hingga pembukaan perhelatan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik yang pertama. Saat acara pembukaan berlangsung, tidak hanya umat Katolik yang hadir.

BACA JUGA: Halleluya! Langit Biru dan Semarak Misa Pesparani I

Di tempat itu juga hadir sekitar 200 anggota organisasi Wanita Islam Maluku yang berbaur dengan umat Katolik lainnya.

BACA JUGA: Euforia Pesparani Tetap Semarak Tanpa Kehadiran Presiden

 

Barisan para ibu yang berhijab itu berada di samping baris para pastur, tokoh agama Katolik dan juga sebagian bercampur dengan tempat duduk biarawati.

BACA JUGA: Merajut Suka Cita dan Kerukunan di Momen Pesparani I

Mereka saling berjabat tangan dan menyapa sambil menunggu acara pembukaan Pesparani dimulai. Tak ada jarak, yang ada hanya gambaran persaudaraan yang terlihat sepanjang acara itu berlangsung.

Ketua organisasi Wanita Islam Maluku, Irma Betaubun. Foto: Natalia/JPNN

Menurut Ketua organisasi Wanita Islam Maluku, Irma Betaubun sejak awal sudah berkomitmen untuk mendukung sepenuhnya pelaksanaan Pesparani  2018.

"Luar biasa. Saya bangga Maluku jadi tuan rumah Pesparani. Kami sudah jelas  dan pasti akan dukung sepenuhnya Pesparani sehingga kami partisipasi untuk datang dan back up semua kegiatan yang akan dilaksanakan," tutur Irma.

Dia juga berterima kasih karena dengan pelaksanaan Pesparani yang diikuti ribuan umat Katolik dari 34 provinsi akan memudahkan mengenalkan budaya Kota Ambon di Indonesia.

"Ini event Nasional dan juga promosikan Daerah Maluku dan toleransi antarumat beragama di sini. Di sini Maluku ini lah tercipta dan terlihat di sini. Nah kehadiran kami di sini dari Islam dan Protestan dan agama lainnya untuk mendukung sepenuhnya acara Katolik ini," tegas Irma.

Irma tak hanya membawa rombongan para ibu dari organisasinya. Perempuan yang pernah belajar soal ajaran agama Katolik di Vatikan selama setahun itu juga membawa serta mahasiswa IAIN, guru, dan anak-anak.

"Semua dilibatkan, semua stakeholder untuk merasa bahwa ini adalah bagian dari pada kegiatan yang harus didukung umat Islam," sambung Irma.

 Gambaran toleransi beragama di kota yang pernah mengalami kerusuhan akibat isu agama ini belum seberapa.

Masih banyak hal yang menunjukan betapa indahnya keberagamaan umat muslim dan kristiani dalam penyelenggaraan Pesparani ini.

Pesparani di Maluku bukan sekadar perayaan umat Katolik saja. Namun, kegiatan yang melibatkan seluruh umat agama yang ada di Maluku.

Kebersamaan ini sudah terjalin sejak MTQ dan Pesparawi di Ambon yang melibatkan semua agama.

Sewaktu MTQ digelar kontingen dari Provinsi Banten dipersilakan tinggal di kediaman Uskup Keuskupan Amboina Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC.

Pendapat ini dibenarkan oleh Mgr. Mandagi. Umat Katolik telah terlibat aktif dalam penyelenggaran MTQ dan Pesparawi yang berlangsung dengan sukses.

Kerja sama ini terus terjalin dalam Pesparani di Ambon. Kelompok umat beragama lain, termasuk Islam dan Protestan, terlibat dalam penyelenggaraan Pesparani.

Keterlibatan ini tampak dari gedung-gedung yang digunakan untuk kegiatan Pesparani bukan hanya milik Gereja Katolik saja.

Melainkan milik agama lain dan pemerintah daerah. Bangunan milik Gereja Protestan yang digunakan adalah Gedung Baileo Oikumene, Gedung Cristian Center.

Islamic Center milik umat Islam Islam digunakan untuk seminar dan musyawarah nasional di rangkaian acara Pesparani.

Milik Gereja Katolik yang dipakai adalah aula St. Fransiskus Xaverius, Gedung Catholic Center.

 

Sementara aset pemerintah daerah yang digunakan antara lain Lapangan Merdeka, Kantor Gubernur Maluku, Lapangan Polda Tantui Gedung Balieo Siwalima, dan Gedung Taman Budaya.

Umat Katolik yang menjadi panitia Pesparani sendiri hanya berjumlah 10 persen. Sisanya umat beragama lain. Belum lagi pengisi acara dan pengurus teknis yang juga melibatkan pemuda muslim Ambon.

Mereka tanpa ragu membantu umat tanpa pandangan perbedaan karena rasa toleransi yang tinggi.

“Jadi ini sungguh Pesparani ini mau mewartakan kepada dunia bahwa betapa Indonesia menekankan kerukunan antar umat beragama,” ujar Uskup Mandagi.

Karena itu, Uskup Mandagi mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang besar untuk semua umat beragama lain yang berpartisipasi dan mendukung sepenuhnya penyelenggaraan Pesparani hingga selesai.

"Terima kasih untuk semua umat Muslim, Hindu, Buddha dan Protestan yang sudah membantu dan mendukung acara Pesparani ini sehingga berjalan lancar," kata Uskup Mandagi. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ambon Manise, Saksi Toleransi Agama di Indonesia


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler