jpnn.com - JAKARTA - Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengaku, pihaknya bersama Kementerian LHK, TNI dan Polri sudah maksimal menyelesaikan asap. Namun, beberapa kendala di lapangan membuat hal itu tidak cukup mudah dilakukan. Salah satunya, karena luas wilayah yang terbakar.
"Pada 2012/2013 kebakaran terkonsentrasi di Riau. Tetapi sekarang karlahut terkonsentrasi merata. Lebih berat di Sumsel dan Kalteng. Daerah yang terbakar hampir di seluruh provinsi," ujar Sutopo di kompleks Istana Negara, Jakarta, Rabu (30/9).
BACA JUGA: Pesan Jokowi untuk BNPB: Selesaikan Asap di Sumatera dan Kalimantan
Selain itu, ujarnya, luas wilayah yang terbakar pun mengakibatkan jumlah air terbatas. Karena itu, satgas yang mengurus asap harus berupaya maksimal untuk menyediakan air untuk pemadaman api. Tidak hanya itu, kebanyakan yang terbakar adalah lahan gambut sehingga cukup sulit dipadamkan.
"Beberapa pengalaman laporan menunjukkan bahwa setelah dibakar dipadamkan ternyata terbakar kembali. Terbakarnya ada dua penyebab. Dibakar, dan api lama yang sudah padam tumbuh kembali," imbuhnya.
BACA JUGA: UNIK: Sulit Menjenguk Korban Mina, Ketua DPR Pakai Jurus Ini
Saat ini, kata Sutopo, sudah dikerahkan 22.146 personel gabungan yang tersebar di beberap provinsi untuk penanganan karlahut dan asap tersebut.
"Berdasarkan predikisi BMKG ancaman el nino ini sampai akhir November. Bahkan sejumlah institusi ternama dalam memprediksi iklim mengatakan, bisa sampai pertengahan Desember," tandas Sutopo.(flo/jpnn)
BACA JUGA: Anak Buah Megawati Sebut Salim dan Tosan Pejuang Lingkungan Hidup
BACA ARTIKEL LAINNYA... Duh, Polri Belum Temukan Aktor Intelektual Kasus Salim Kancil
Redaktur : Tim Redaksi