jpnn.com - SURABAYA - Chief Financial Officer Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bukan hanya disebabkan faktor fundamental saja, namun juga faktor psikologis, di mana para pemilik dolar masih enggan melepasnya ke pasar.
Menurutnya jika pelemahan nilai tukar rupiah saat ini sebenarnya sudah terlalu dalam dan tidak lagi mencerminkan aspek fundamental. Sebab idealnya rupiah sekarang ini berada di level 12.500 per USD.
BACA JUGA: Ternyata.... Dari 13 Bandara, Ada 7 yang Belum Kena Biaya Konsensi Avtur
Cara yang paling tepat untuk bisa mendongkrak nilai rupiah adalah meningkatkan daya tukar rupiah. Untuk itu, seharusnya pengusaha dan masyarakat ikut aktif menukar dolar yang dimiliki,” kata Kartika seperti dikutip dari Radar Surabaya, Senin (14/9).
Masalah fundamentalnya adalah dolar yang masuk ke Indonesia tidak dikonversi menjadi rupiah. Di satu sisi para pemilik dolar seperti para pengusaha masih banyak yang menahan dolarnya. Akibatnya membuat Indonesia semakin kesulitan mengatasi krisis ekonomi global. “Masak hanya BI (Bank Indonesia) saja yang terus melepas dolar. Para pemegang dolar juga harus menjual uangnya,” tegasnya.
BACA JUGA: AP II Angkat Tangan Saat Harga Avtur yang Dijual Pertamina Mahal
Diakui, sekarang ini berbeda dengan dengan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 lalu. Di mana sektor industri dan perbankan tumbuh namun pada tahun 1998 perbankan masih belum bagus dan cenderung banyak kepentingan.
Pihaknya juga mengutip ekonom AS yang juga mantan Gubernur Federal Reserve, Alan Greenspan. Yaitu kondisi perekonomian saat ini lebih banyak digerakkan oleh "animal spirit" ketimbang rasio.
BACA JUGA: Alhamdulillah, Harga Cabai Mulai Turun
Sedangkan dari sisi greed, saat ini sebenarnya banyak pengusaha Indonesia yang memegang dollar AS. Namun, mereka mereka tak mau melepas mata uangnya itu ke pasar lantaran nilai tukar terus menguat.
"Saat ini kondisi perekonomian global memang sedang tidak menentu. The Fed belum pasti kapan menaikkan suku bunga acuannya. Sementara kondisi perekonomian Tiongkok melemah sehingga membuat pasar dalam ketidakpastian," urainya.
Untuk itu, pihaknya berharap agar pemerintah mengeluarkan kebijakan yang bisa mendorong pengusaha nasional pemilik dolar AS untuk melepasnya ke pasar. Agar pasokan dolar AS di pasar menjadi lebih banyak. "Secara domestically, suku bunga harusnya turun. Tapi kami juga maklum kalau otoritas moneter harus menjaga faktor globalnya," tandasnya. (rud/no)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Segmen Smartphone Kelas Menengah Dilahap, Samsung Tergeser
Redaktur : Tim Redaksi