jpnn.com - Tahukah Anda, wanita lebih rentan dengan penyakit asma ketimbang pria?
Faktanya, wanita dua kali lebih mungkin memiliki masalah pernafasan.
BACA JUGA: Ibu Zaman Now Harus Siap Mengasuh Generasi Alfa
Kini, berkat penelitian baru dari Vanderbilt University dan Johns Hopkins, kita bisa mengetahui alasannya.
Ternyata, hormon berada di balik perbedaan diagnosis asma ini. Tapi sebelum Anda menyalahkan hormon wanita untuk hal lain, Anda perlu tahu bahwa hormon estrogen sebenarnya tidak memperburuk keadaan.
BACA JUGA: Ini Rahasia Wajah Cerah Alice Norin
Testosteron, ternyata, memiliki kemampuan mengurangi peradangan paru.
"Ketika kami memulai penelitian ini, kami benar-benar berpikir bahwa hormon ovarium akan meningkatkan peradangan, lebih dari testosteron," kata penulis senior Dawn Newcomb dari Vanderbilt University Medical Center, seperti dilansir laman Sheknows.
BACA JUGA: Jangan Lakukan 5 Hal Ini Saat Anda Berbulan Madu
"Saya terkejut melihat bahwa testosteron lebih penting dalam mengurangi peradangan," jelas Newcomb.
Jadi, inilah masalahnya. Sebelum pubertas, anak laki-laki menderita asma dengan kecepatan sekitar 1,5 kali lebih tinggi daripada anak perempuan.
Tapi kemudian setelah pubertas, begitu hormon seks mulai meningkat, tren ini akan menjadi terbalik, membuat wanita dua kali lebih mungkin mengalami kondisi lebih parah daripada pria.
Namun, setelah menopause tingkat asma pada wanita mulai menurun.
Tentu saja, ada banyak faktor yang memengaruhi asma, termasuk lingkungan seseorang, terpapar alergen dan tertular infeksi virus, namun para periset kini menambahkan hormon ke daftar itu.
Untuk penelitian ini, Newcomb dan rekan penulisnya berfokus pada jenis sel paru tertentu yang membuat protein dan menyebabkan produksi radang dan lendir di paru-paru, sehingga mengakibatkan sulit bernafas.
Setelah mengumpulkan dan menganalisis sampel darah, para periset menemukan bahwa penderita asma memiliki lebih banyak jenis sel paru-paru ini dan wanita penderita asma ternyata memiliki lebih banyak sel ini.
Para ilmuwan menambahkan hormon yang dibuat di ovarium, seperti estrogen dan progesteron berjalan ke sel paru-paru ini, namun tidak memperhatikan adanya perubahan signifikan pada protein yang bertanggung jawab untuk peradangan paru-paru.
Tapi ketika mereka menambahkan testosteron, hal itu mengakibatkan berkurangnya produksi protein penyebab asma.
Sementara hal ini membantu menjelaskan tingkat fluktuasi asma antara pria dan wanita sebelum, selama dan setelah pubertas, ini hanya satu dari banyak komponen yang berkontribusi terhadap asma.
Dan mengingat bahwa bagi banyak orang, kehadiran hormon bukanlah sesuatu yang bisa mereka kontrol, penting untuk menjaga diri kita sendiri dan membatasi paparan terhadap penyebab lingkungan seperti asap bekas bila memungkinkan.(fny/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sepatu High Heels dan Kaitannya dengan Kanker
Redaktur & Reporter : Fany