Inilah Beda Petugas Toilet Jujur dengan Irman Gusman soal Uang Rp 100 Juta

Minggu, 18 September 2016 – 10:41 WIB
Mulyadi, petugas cleaning service di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta yang menemukan uang Rp 100 juta di toliet dan berupaya mengembalikan ke pemiliknya. Foto: Imam Husein/Jawa Pos

jpnn.com - MASIH ingat nama seorang petugas cleaning service bernama Mulyadi yang berkat kejujurannya sampai membuat pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terpesona? Sekadar mengingatkan, nama Mulyadi mencuat karena menemukan uang Rp 100 juta di Mal Kota Kasablanka dan langsung berupaya mencari pemiliknya.

Pada 27 Mei silam, Mulyadi yang bertugas di salah satu toilet di ground floor pusat perbelanjaan itu menemukan tas kulit berwarna cokelat  di tempat kerjanya. Tanpa berpikir panjang, dia mengambil tas itu.

BACA JUGA: ‎Instruksi Presiden : Segera Susun Kebutuhan Tenaga Kerja bagi Lulusan SMK

Mulyadi lantas meninggalkan pekerjaannya dan segera membawa tas itu ke bagian customer service (CS). Di ruang CS itu, barulah tas itu  dibuka bersama.

Isinya membelalakkan mata. Ada sepuluh gepok uang kertas pecahan Rp 100 ribu di dalam tas itu. Totalnya Rp 100 juta.

BACA JUGA: Gemakan Selawat Nariyah, PKB Doakan Indonesia

Setelah itu Mulyadi kembali ke toilet tempatnya bertugas. Sekitar 45 menit kemudian, ada seorang pria masuk dan menanyakan keberadaan sebuah tas ke Mulyadi.

"Saya pura-pura tidak tahu. Siapa tahu bukan punya dia," kenangnya seperti diberitakan Jawa Pos.

BACA JUGA: Risma Makin Berpeluang Tumbangkan Ahok, Inilah Sebabnya...

Setelah sang pemilik menunjukkan lokasi terakhir tas dan menjelaskan cirinya, barulah Mulyadi bicara.  Dia lalu menjelaskan bahwa tas tersebut sudah diamankan di CS.

Mulyadi lantas mengantar sang pemilik untuk mengambil tasnya. Belakangan, si pemilik tas kembali ke toilet. Dari situ, baru diketahui dia memang sedang buru-buru karena hendak makan siang di lantai atas mal. "Saya baru ambil uang di BCA buat beli mobil," tutur Mulyadi menirukan ucapan pemilik tas.

Kejujuran Mulyadi pun menjadi viral di media sosial. Kejujurannya mengembalikan tas penuh uang menjadi bahan pembicaraan. Dua pekan setelah temuan itu, dia didatangi dua pimpinan KPK,  La Ode M. Syarif dan Saut Situmorang.

Keduanya memberikan penghargaan kepada Mulyadi. Dua pin merah bertulisan "Berani Jujur Hebat" disematkan oleh dua wakil ketua KPK itu. Kini pin itu selalu dia pakai saat bekerja dan disematkan di dada kanan.

Sebelum kejadian itu, tidak banyak yang mengenal sosok pemuda kelahiran Lampung Selatan, Lampung, tersebut. Sudah 13 tahun dia merantau ke ibu kota dengan berbekal ijazah SMK.

Mulyadi cukup lama berdagang pakaian di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. Kemudian, dia melamar sebagai housekeeper di Mal Kota Kasablanka melalui sebuah perusahaan outsourcing pada awal 2015.

Dia bekerja sejak mal buka hingga tutup sekitar pukul 24.00. Sehari-hari dia berangkat dari tempat kosnya di kawasan Cililitan, Jakarta Timur, dengan angkot.

Dari Cililitan, dia naik angkot ke Kampung Melayu, lalu berganti angkot lagi ke mal. "Sehari habis Rp 20 ribu," tutur anak keempat di antara tujuh bersaudara itu.

Dia hitung, biaya makannya per hari Rp 60 ribu. Kemudian, sewa kamar per bulan Rp 265 ribu. Ketika diguyoni soal alasan tidak mengambil kredit motor, dia hanya tertawa. Penghasilannya Rp 137 ribu per hari atau Rp 3,6 juta per bulan dengan asumsi 26 hari kerja.

Karena itu, nilai temuan tas tersebut setara dengan gaji normalnya selama 2 tahun 4 bulan. "Kalau kerja pas tanggal merah, saya dapat dobel," ucapnya.

Paling tinggi, dia mendapat Rp 4,3 juta per bulan. Itu termasuk insentif penghargaan karena mengembalikan barang temuan. Nilainya Rp 300 ribu, diberikan setiap tiga bulan.

Dari penghasilan itulah, dia bisa bertahan di ibu kota dan mengirimi orang tuanya uang secara rutin tiap bulan. Nilainya Rp 500 ribu-Rp 1 juta.

Kejujuran Mulyadi soal uang Rp 100 juta itu seolah kontras dengan Ketua DPD Irman Gusman yang kini menjadi tersangka suap karena menerima uang Rp 100 juta dari pengusaha bernama Xaveriandy Sutanto dan istrinya, Memi. Suap itu diduga agar Irman membantu Xaveriandy dan Memi selaku bos CV Semesta Berjaya dalam mendapatkan kuota impor gula Bulog untuk wilayah Sumbar.

Ketua DPD Irman Gusman saat digiring ke mobil tahanan KPK, Sabtu (17/9) malam. Foto: Miftahul Hayat/Jawa Pos

Sebagaimana penuturan Wakil Ketua KPK La Ode M Syarief, Jumat (16/9) sekitar pukul 22.15, Xaveriandy bersama Memi dan Willy Sutanto datang ke rumah dinas Irman di Jalan Denpasar, Jakarta Selatan. Pukul 00.30, Xaveriandy, Memi dan Willy keluar dari rumah Irman.

Petugas KPK menghampiri mobil mereka yang diparkir di halaman rumah dinas. Ketiganya diajak masuk kembali ke rumah dan diminta menemani petugas KPK menemui Irman.

Petugas KPK meminta Irman menunjukkan bungkusan berisikan Rp 100 juta. Dia lantas masuk ke kamar dan keluar membawa uang hasil suap pecahan Rp 100 ribu.

"Bahkan, mohon maaf, uang seratus juta itu diambil dari dalam kamar," kata Syarif saat konferensi pers di gedung KPK, Sabtu (17/9).(byu/c11/agmjpg/ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kronologi Penangkapan Yang Terhormat Bapak Ketua


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler