Inilah Cerita Penggalang Dana Rp1,7 M untuk Keluarga 6 Laskar FPI yang Tertembak Mati

Sabtu, 12 Desember 2020 – 16:39 WIB
Ambulans yang membawa jenazah Laskar FPI dari RS Polri menuju Petamburan. Foto: antara

jpnn.com, JAKARTA - Berniat ingin membantu keluarga korban enam laskar FPI (Front Pembela Islam) yang tertembak mati, seorang netizen bernama Irvan Gani menggalang dana kemanusiaan.

Hanya dalam tempo dua setengah hari sejak Selasa (8/12) sore, donasi yang terkumpul mencapai Rp1,2 miliar.

BACA JUGA: Habib Rizieq: Saya Umumkan untuk Seluruh Anak Bangsa

Bahkan, sampai Jumat (11/12), posisinya sudah Rp1,7 miliar.

Jumlah ini terus bertambah meski Irvan Gani sudah menutup penggalangan dana sejak 11 Desember 2020 pukul 13.00 WIB.

BACA JUGA: Lihat, Habib Rizieq Berhadapan dengan Penyidik Polda Metro Jaya

"Sudah hukum alam, semakin banyak masyarakat yang ingin berdonasi. Saya menerima saja dan insyaallah akan diserahkan kepada keluarga korban," kata Irfan dalam kanal Hersubeno Point di YouTube, Sabtu (12/12).

Dia menceritakan, saat menggalang dana untuk keluarga korban pada Selasa (8/12) pukul 16.00 WIB tujuannya untuk membantu.

BACA JUGA: Habib Rizieq Tiba di Polda Metro Jaya, Inilah Kalimat yang Disampaikan

Irvan bercerita, ide penggalangan dana tercetus setelah melihat polemik insiden penembakan di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek itu.

Ketika polisi dan FPI saling adu argumentasi di media, kata dia, tidak ada yang berpikir bagaimana dengan kondisi keluarga korban. 

Keluarga enam Laskar FPI, kata Irvan, penuh harapan mendapatkan keadilan.

Dia pun mencoba masuk dari sisi kemanusiaan sekadar meringankan beban keluarga.

"Saya kaget, sore saya posting di Twitter, malamnya langsung terkumpul Rp360 juta. Dan, Kamis (10/12) naik menjadi Rp1,2 miliar. Jumat (11/12) bertambah lagi menjadi Rp1,7 miliar. Yang sudah saya serahkan kepada keluarga Rp1,2 miliar," tuturnya.

Jumlah donasi yang fantastis ini, lanjut Irvan, lebih banyak dibandingkan kegiatan kemanusiaan yang selama ini sudah dia lakukan.

Irvan mengaku pernah menggalang dana untuk korban gempa di Ambon, Palu, banjir bandang di Lebak, dan juga Bekasi.

Namun, jumlah donasi yang terkumpul mentok di angka Rp400 juta.

Berbeda dengan penggalangan dana  untuk korban penembakan ini. Simpati masyarakat sangat luar biasa.

"Saya print out rekening para donatur ada 42 ribu rekening dan 80 persennya adalah masyarakat menengah. Ini artinya, ada perlawanan masyarakat yang melihat ada kejanggalan dalam kasus ini," ucapnya.

Ada cerita mengharukan dibagikan Irvan saat menyerahkan sumbangan pada enam keluarga korban. Masing-masing mendapatkan bantuan Rp200 juta.

Saat mengunjungi rumah almarhum Muhammad Reza (20) di Pasar Baru, Irvan mengaku terenyuh.

Rumah Reza ukurannya 2x5 meter dan terdiri tiga lantai. Lantai satu dapur, lantai dua ruang makan, dan di atasnya lagi tempat tidur. Ayah Reza meninggal saat dia masih enam bulan. 

"Bisa dipastikan bagaimana kehidupan Reza dan keluarganya. Reza ini anak bungsu," ucapnya.

Tidak beda jauh dengan Ahmad Sofiyan alias Ambon (26).

Ayahnya sudah meninggal dan rumahnya sangat tidak layak. Ibunya mencari nafkah sebagai penjual gorengan.

Irvan mengungkapkan bagaimana rasa harunya saat bertemu dengan ibunda Muhammad Suci Khadavi (21).

Khadavi merupakan  anak tunggal dan sebentar lagi diwisuda.

"Keluarga korban sangat berharap bisa hadir di acara wisuda putranya. Namun, harapan itu musnah. Orangtuanya sedih karena tidak punya generasi penerus lagi," tutur Irvan dengan suara bergetar.

Begitu juga dengan Faiz Ahmad Syukur (22). Keluarga Faiz dikenal sangat agamis. Faiz bahkan hafal Al-Qur'an hampir 20 juz. Almarhum juga dikenal peduli terhadap persoalan sosial.

Sedangkan Lutfi Hakim (25) adalah pelatih bola di Stadion Cendrawasih, Jakarta Barat.

Andi Oktiawan (33) juga memiliki track record yang baik. Dikenal welas asih dan suka menolong di lingkungan sekitarnya. 

"Ibunya Andi tidak nyangka anaknya jadi korban karena anaknya ini tidak pernah punya musuh. Makanya ibunya minta diberikan keadilan atas tertembak matinya anaknya," kata Irvan.

Bertemu dengan para keluarga korban, Irvan bisa mengambil kesimpulan, para kader FPI adalah anak-anak muda yang baik.

Mereka tidak pernah terlibat kasus kriminal dan bahkan dikenal punya kepedulian sosial.

"Mereka adalah generasi penerus yang harus berakhir dengan tragedi kemanusiaan," ucapnya.

Irvan mengaku bingung dengan penyelenggara negara. Ketika ada warga negara yang berseberangan sikap, dianggap musuh.

Seharusnya kata dia, negara hadir melindungi rakyat dan bukan memusuhi rakyat. 

"Mengapa tidak mengedepankan komunikasi. Jangan kedepankan kekerasan bagi pihak yang dinilai berseberangan. Karena ini akan jadi contoh buruk bagi generasi muda. Yang menentang langsung diberantas, kan enggak boleh gitu. Negara harus lahir di tengah rakyat," pungkasnya. (esy/jpnn)

 

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler