Inilah Mitos Borobudur yang Diyakini Sebagai Kebenaran Sejarah

Rabu, 27 April 2016 – 07:29 WIB
Borobudur pada 1925. Foto: Feenstra/Dok: KITLV

jpnn.com - CANDI Borobudur tidak pernah hilang tertimbun akibat letusan gunung. Dan Thomas Stamford Raffles bukanlah orang pertama yang menemukannya. 

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network  

BACA JUGA: Ondeh...Bareh Solok dalam Catatan Raffles

Pemandu wisata boleh saja bercerita, bahwa seluruh bangunan batu setinggi lebih kurang 30 meter itu dulunya tertimbun abu vulkanik akibat letusan gunung berapi. 

Cerita ini terdengar masuk akal dan sangat ilmiah, mengingat tak jauh dari Borobudur ada Gunung Merapi dan sejumlah gunung api lain yang masih aktif.

BACA JUGA: Sebelum Digadang-gadang Belanda, Kartini Hanya...

Sejumlah buku sejarah juga sah-sah saja memuja-muji Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris di Jawa sepanjang 1811-1816, sebagai penemunya.

The History of Java--buku karangan Raffles yang pertama terbit pada 1817, disebut-sebut sebagai catatan beraksara latin pertama yang menuliskan keberadaan candi Budha terbesar di dunia--jadi bacaan wajib para peneliti Borobudur.  

BACA JUGA: Kiamat Kecil 201 Tahun Lalu...Pusatnya di Kepulauan Indonesia

Maaf, Tuan Raffles...

Raffles berada di Semarang saat pertama kali mendengar kisah Borobudur. Almanak ketika itu bertarekh 1814. 

Dikirimnya seorang anak muda enerjik, Hermanus Christian Cornelius pergi menyelidiki. Betul ada mahakarya yang sudah dipenuhi belukar. 

Sehingga "Cornelius harus memerintahkan 200 pekerja dari kampung terdekat untuk membersihkan tumbuhan yang menutupi…membutuhkan waktu dua minggu, dan mengungkap suatu kisah yang tertatah di batu, lebih jelas daripada yang orang-orang lihat selama berabad-abad," tulis Tim Hannigan dalam buku Raffles.

Begitu Cornelius mendekat, di antara tumbukan besar batang pohon dan tumbuhan rambat yang ditebas, dia menyaksikan, "setiap dindingnya dihias ukiran timbul yang luar biasa…menampilkan adegan legenda Budha dalam urutan sesuai ceritanya."

Raffles, pak bosnya Cornelius dalam The History of Java menulis, "penampakan secara keseluruhan merupakan bangunan yang kokoh, dan tingginya sekitar 100 kaki, puncak menara setinggi 20 kaki, namun telah runtuh. Hampir semua bagian interior merupakan bukit itu sendiri."

Bahwa atas perintah Raffles-lah Borobudur dibersihkan dari belukar yang menyelimutinya, iya. Tapi, bila dikatakan dialah penemunya, ini yang perlu dikaji ulang.

Bukankah pada 1733, seorang Eropa bernama Frederik Coyett pernah ke sana?

"Catatan Eropa pertama mengenai tempat tersebut berasal dari seseorang bernama Frederick Coyyet yang mencuri sejumlah patung di sana pada 1733," tulis Hannigan. 

Perkara mencuri sesuatu dari Borobudur bukan saja dilakukan Coyyet. Raffles pun demikian. Dia mengakui itu.

"Sosok harpa diambil dari Candi Boro Bodo dan dibawa ke Inggris; berupa batu, panjangnya sekitar 20 inci, dan dikerjakan dengan sangat baik," tulis Raffles.

Menyimak baik-baik keterangan tersebut, artinya Candi Borobudur tak pernah benar-benar hilang tertimbun. Penampakannya masih terlihat meski samar karena tertutup belukar. 

Penduduk Jawa masa lampau juga mengetahui ini. Indikasinya, tulisan Mpu Prapanca dalam Negarakretagama yang bertarekh 1365. 

Dalam kitab yang menuliskan perjalanan Raja Majapahit Hayam Wuruk, "keliling" Jawa itu, Mpu Prapanca menyebut Budur--sebuah bangunan suci umat Budha dari aliran Wajradara. 

"Tidak mustahil nama tersebut mengacu pada Candi Borobudur," tulis Daoed Joesoef dalam buku Borobudur.

Dalam The History of Java, Raffles memang tidak mengklaim diri sebagai orang pertama yang menemukan kembali Borobudur. Tapi, para peneliti itu memitoskannya demikian. Dan mitos itu terus menerus direproduksi, sehingga dianggap kebenaran sejarah.

Jadi, Tuan Raffles...beta mohon maaf! Mitos bahwa Anda penemu Candi Borobudur sepertinya cukup sampai di sini. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Temuan Terbaru! Inilah Sejarah Hari Maritim


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler