jpnn.com - JAKARTA - Badan Intelijen Negara (BIN) meyakini Presiden Joko Widodo sudah punya banyak pertimbangan dalam mengusulkan nama Komjen Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kapolri. Dalam pantauan BIN, Tito tentu ada plus dan minusnya.
Menurut Ketua Dewan Informasi Strategis dan Kebijakan (DISK) BIN, Dradjad Hari Wibowo, catatan soal Tito memang lebih banyak positifnya. Terlebih, Tito yang kini memimpin Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) lebih sering ditugaskan di posisi sulit.
BACA JUGA: OSO: Biarkan Pemuda Ucapkan I Love You NKRI
“Dia banyak ditugaskan di tempat-tempat yang super-sulit seperti Papua dan Densus 88. Ternyata dia berhasil,” ujar Dradjad.
Mantan wakil ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu juga melihat Tito sukses menangani kasus-kasus besar terorisme dan hukum. Yang terakhir tentu soal teror bom dan penembakan di Sarinah beberapa waktu lalu yang jadi sorotan dunia.
BACA JUGA: Tanpa Basa-basi! PKB Langsung Dukung Pilihan Jokowi
Tito cekatan mengungkap jaringan pelaku teror bom Sarinah. “Rekam jejak Tito adalah catatan prestasi, catatan hal-hal positif,” tutur Dradjad.
Hanya saja, Dradjad tak memungkiri bahwa Tito yang lahir 26 Oktober 1964 memang terlalu muda dibandingkan perwira-perwira yang lebih senior di Polri. “Memang terlalu muda, tapi itu juga sangat bisa diperdebatkan,” ulasnya.
BACA JUGA: Habiburokhman Tuding Pimpinan KPK Lakukan Pelanggaran Etika
Namun, kata Dradjad, hal yang tak kapah penting adalah keinginan Presiden Joko Widodo soal regenerasi dan reformasi birokrasi total di tubuh Polri. Tito pun diyakini bisa menerjemahkan keinginan presiden yang beken disapa dengan nama Jokowi itu.
“Saya berharap teman-teman di Komisi III juga melihat penunjukan Komjen Tito sebagai ikhtiar regenerasi dan reformasi total tersebut, serta menyetujui yang bersangkutan sebagai Kapolri,” sambung Dradjad yang pernah duduk di DPR periode 2004-2009 itu.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beginilah Kronologis saat Jessica Meracuni Mirna
Redaktur : Tim Redaksi