Inilah Prediksi Lembaga Internasional soal Pertumbuhan Ekonomi RI di Masa Pandemi

Senin, 04 Mei 2020 – 19:36 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: ANTARA/Wahyu Putro A

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membeber prediksi sejumlah lembaga bonafide tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Prediksi itu sudah memperhitungkan pandemi penyakit virus corona 2019 (COVID-19).

“Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia juga bervariasi. Setiap instiusi membuat skenario,” kata Menkeu Sri Mulyani saat rapat secara virtual dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR, Senin (4/5). 

BACA JUGA: Jokowi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terjun Bebas

Ani -panggilan akrabnya- menjelaskan, Bank Dunia atau World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh negatif, yakni -3,5 persen pada situasi paling buruk. Adapun prediksi World Bank tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada situasi yang relatif cukup baik adalah 2,1 persen. 

Syahdan, Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) memprediksi perekonomian ekonomi Indonesia pada 2020 tumbuh 2,5 persen, sedangkan Moody's Corporation menyodorkan angka 3 persen. Adapun Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh 0,5 persen pada 2020.

BACA JUGA: Ekonom Yakin Omnibus Law Dapat Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu menambahkan, lembaga-lembaga tersebut juga telah membuat estimasi tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021. Moody’s Corp menyodorkan prediksi 4,3 persen, selanjutnya World Bank (5,2 persen hingga 5,6 persen), dan ADB (5,0 persen).

“IMF  membuat yang sangat optimitis, karena seiring dengan skenario V-shape, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan mereka membuat proyeksi 8,2 persen,” kata Ani dalam rapat yang dipimpin Ketua Banggar DPR Said Abdullah itu.

BACA JUGA: IMF: 100 Negara Membutuhkan Utang untuk Melawan Virus Corona

Lebih lanjut Ani mengatakan, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga membuat skenario, terutama saat pandemi Covid-19 memicu gejolak luar biasa pada Maret 2020.

Menurut dia, baik Kemenkeu maupun BI, OJK, dan LPS bersepakat membuat forward look exercise dalam rangka menilai, mengevealuasi dan meneliti seberapa besar dampak guncangan itu pada sektor keuangan, perekonomian, ketenagakerjaan dan kemiskinan.

“Maka kami keluar dengan skenario berat ekonomi Indonesia akan mengalami tekanan dan hanya tumbuh 2,3 persen. Namun, kemungkinan skrenario sangat berat bisa menekan potensi ekonomi Indonesia masuk dalam zona kontraksi -0,4 persen,” papar Ani.

Peraih penghargaan Menteri Keuangan Terbaik Asia Pasifik 2019 versi majalah FinanceAsia itu menambahkan, untuk outlook pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2020, pemerintah memperkirakan angkanya antara 4,5 persen sampai dengan 4,7 persen. Menurut dia, angka itu didasari data sampai dengan pekan kedua Maret yang menunjukkan aktivitas ekonomi masih cukup baik.

“Namun setelah minggu kedua Maret, terjadi perubahan yang sudah terlihat dalam penerimaan perpajakan kita,” katanya.(boy/jpnn) 


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler