jpnn.com - SURABAYA - Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada kuartal kedua tahun ini cenderung di batas bawah menyentuh angka batas bawah perkiraan bank sentral.
Yakni 4,9–5,4 persen. Artinya, angka itu tidak jauh berbeda dengan pencapaian pada kuartal pertama.
BACA JUGA: Sentra Garam Butuh Mesin Refinery Kapasitas 20 Ton per Jam
’’Kalau kuartal pertama lalu, Jatim tumbuh 5,3 persen. Itu termasuk dalam batas bawah range dari kami. Kuartal kedua ini mungkin tidak jauh dari itu (5,3 persen, Red),” kata Kepala Kantor Perwakilan BI Jatim Benny Siswanto kemarin (13/7).
Menurut dia, prediksi tersebut merupakan angka yang realistis. Meski BI berharap perekonomian Jatim bisa terakselerasi lebih cepat, masih ada faktor penahan pertumbuhan.
BACA JUGA: Pasar Kosmetik Lokal Dikuasai Produk Impor
Terutama faktor fiskal dan sektor riil. Kondisi sektor riil belum menonjol. BI menilai, ekspektasi konsumen cenderung meningkat, terutama pada kuartal III mendatang.
’’Berdasar hasil survei kami, ekspektasi konsumen dan dunia usaha mulai terlihat lebih baik di semester kedua. Jadi, kami baru punya harapan di kuartal ketiga. Sementara itu, kondisi di kuartal kedua akan sama dengan kuartal pertama,” jelasnya.
BACA JUGA: Penerimaan Pajak Masih Lemah, Hanya Rp 518 Triliun
Sektor fundamental Jatim seperti pertanian dan industri berada dalam kondisi yang berbeda. Sektor pertanian masih menunjukkan angka produksi yang tumbuh positif.
Meski pada Juni 2016 Jatim sempat waspada terhadap adanya ancaman La Nina, hal tersebut ternyata tidak terbukti. Karena itu, kondisi tanaman pangan di Jatim masih bagus. ’’Hanya, ada masalah banjir yang tidak menguntungkan,” terangnya.
Di sisi lain, sektor industri belum begitu tumbuh. Terutama industri manufaktur yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap bahan baku impor. Industri tersebut masih ditekan untuk mengejar peluang dan memperbaiki kinerja yang sempat memburuk pada awal tahun.
Selain itu, industri sektor jasa dan produksi semen masih menggeliat. ’’Sebenarnya, industri besar yang import content-nya tinggi itu juga bergantung. Lebih banyak yang memasarkan barang di dalam atau luar negeri,” pungkasnya. (rin/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Permintaan Pertalite Di Daerah Ini Meningkat
Redaktur : Tim Redaksi