Inisiator GGSI Ungkap Peran Strategis Guru Dalam Menyelamatkan Bonus Demografi

Jumat, 03 November 2023 – 17:55 WIB
GGSI di hadapan ratusan guru Muhammadiyah dalam acara penyuluhan gadget sehat, di Kecamatan Baki Solo, Kamis (2/11). Foto: dok GGSI

jpnn.com, JAKARTA - Sosok guru dinilai memiliki peran strategis dalam menciptakan generasi berkualitas, yakni generasi pintar, sehat dan juga bermoralitas baik.

Guru juga menjadi garda terdepan dalam menentukan keberhasilan menyambut bonus demografi sebagaimana harapan bangsa ini melahirkan generasi emas menuju 2045 mendatang.

BACA JUGA: Dampak Buruk Gadget Bisa Sampai Mematikan Saraf

Pesan itu disampaikan inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof.Dr.dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K), di hadapan ratusan guru Muhammadiyah dalam acara penyuluhan gadget sehat, di Kecamatan Baki Solo, Kamis (2/11).

"Ini merupakan momen sangat berharga bagi saya bisa berada di depan orang-orang terpenting yang akan menentukan nasib generasi muda dalam menghadapi situasi bonus demografi dengan usia produktifnya jauh lebih tinggi dari usia non-produktifnya," ungkap Prof Ridha dalam keterangannya, Jumat.

BACA JUGA: GGSI Ajak Para Guru Terus Mengampanyekan Gadget Sehat Bagi Anak

Dalam agenda road show hari ketiganya di Solo tersebut, Prof Ridha kembali mengingatkan akan bahaya penggunaan gadget yang tidak tepat, yang berdampak buruk terhadap generasi muda saat ini.

Penggunaan gadget yang tidak tepat berakibat terhadap kelumpuhan. Alhasil, mimpi menggapai bonus demografi justru bisa berujung bencana demografi.

BACA JUGA: Tidak Kuno, Pramuka Justru Membuat Generasi Gadget Terekspos pada Alam dan Team Work

Dia menerangkan bahaya penggunaan gadget yang tidak tepat. Ada dua faktor penyebab penggunaan gadget yang bisa mengakibatkan dampak negatif, yakni posisi dan durasi.

"Jika menggunakan gadget dengan posisi yang meyebabkan adanya tekukan pada leher, akan ada beban yang ditanggung. Makin dalam tekukan itu, akan makin berat beban yang ditanggung leher," terangnya.

Jika itu berlangsung singkat atau hanya beberapa menit, hal itu tidak begitu berdampak.

"Namun, jika tekukan itu terjadi lebih dari dua jam dan secara terus menerus, ini menjadi masalah. Maka akan terjadi gangguan yakni saraf kejepit pada bagian leher," dia menambahkan.

Gejalanya, lanjut dia, yakni berat di pundak, leher pegal, tangan kesemutan, dan bangun tidur tidak segar.

Menurut Ridha, dahulu gejala tersebut sering dirasakan orang tua usia 60 tahun ke atas, tetapi sekarang mulai dirasakan remaja baik tingkat SMA, SMP, bahkan anak SD.

"Parahnya lagi, jika gejala awal itu diabaikan dan terus menggunakan gadget dengan posisi yang salah dan dalam durasi waktu yang lama maka yang terjadi adalah kematian saraf," ucapnya.

Kematian saraf itu lebih berbahaya dan berujung cacat dengan gejala yang dialami ialah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil loss atau tidak terasa dan seksualitas bagi kaum lelaki hilang.

"Jika seperti ini, tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak ada operasi yang bisa mengembalikan," tuturnya.

Akibatnya, lima hingga 10 tahun ke depan Indonesia akan melahirkan generasi yang cacat.

Oleh karena itu, betapa pentingnya gerakan gadget sehat hadir di Indonesia dalam upaya menyelamatkan generasi muda dari situasi bonus demografi.

"Sekali lagi saya ajak memanfaatkan bonus demografi agar Indonesia bisa masuk jajaran lima besar dunia," ucapnya.

Sementara itu, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah, Baki, Solo, H. Muhammad Mahmudi S.Pd menyambut baik kedatangan Prof. Ridha di Solo.

"Dengan apa yang disampaikan Prof. Ridha kita menyadari bahwa gadget memberikan dampak buruk baik itu dari konten maupun kesehatan penggunanya jika salah dalam penggunaan," ujar Mahmudi. (rdo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 5 Rekomendasi Gadget Terbaik untuk Dibawa Mudik Lebaran


Redaktur & Reporter : M. Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler