jpnn.com, JAMBI - Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) terus memperluas jangkauan kampanyenya, dalam mewujudkan generasi berkualitas, yakni generasi sehat, pintar, dan bermoralitas baik.
Kali ini, inisiator GGSI Prof. Dr. dr. Ridha Dharmajaya Sp.BS (K) mengajak para guru sebagai ujung tombak untuk tidak pernah lelah memperingati orang tua akan dampak penggunaan gadget tidak tepat terhadap anak.
BACA JUGA: 5 Rekomendasi Gadget Terbaik untuk Dibawa Mudik Lebaran
Roadshow GGSI di Gedung Pemuda Kabupaten Batang Hari, Jambi, Selasa (31/10), dihadiri lebih dari 500 insan pendidikan baik pelajar dan guru.
“Kami berharap dengan hadirnya kami di sini (Jambi) dan menyosialisasikan gadget sehat, bapak dan ibu guru dapat mengambil manfaatnya," ujar Ridha dalam keterangannya.
BACA JUGA: Bahaya Gadget Pada Perkembangan Anak
"Mengingat, bapak dan ibu guru adalah ujung tombak dalam mempersiapkan anak negeri ini menuju bonus demografi agar bisa berhasil melahirkan generasi yang berkualitas."
Guru Besar Fakultas Kedokteran USU itu memperingatkan jika bonus demografi bisa berubah menjadi bencana jika disia-siakan, karena perilaku penggunaan gadget yang tidak benar.
BACA JUGA: Paparan Gadget Hambat Petumbuhan Anak, Orang Tua Harus Waspada
Prof. Ridha pun menerangkan bahaya penggunaan gadget yang tidak tepat.
Menurut dia, ada dua faktor penyebab penggunaan gadget yang bisa mengakibatkan dampak negatif. Yakni, posisi dan durasi.
“Jika menggunakan gadget dengan posisi yang meyebabkan adanya tekukan pada leher maka akan ada beban yang ditanggung. Makin dalam tekukan itu maka akan makin berat beban yang ditanggung leher,” terang Ridha.
Jika itu berlangsung singkat atau hanya beberapa menit, hal itu tidak begitu berdampak.
“Namun, jika tekukan itu terjadi lebih dari dua jam dan secara terus menerus, ini menjadi masalah. Maka akan terjadi gangguan yakni saraf kejepit pada bagian leher. Gejalanya yakni berat di pundak, leher pegal, tangan kesemutan, dan bangun tidur tidak segar,” tambah Ridha.
Jika dahulu gejala tersebut sering dialami orang tua usia 60 tahun ke atas, tetapi sekarang sering dialami remaja baik tingkat SMA, SMP, bahkan anak SD.
“Parahnya lagi, jika gejala awal itu diabaikan dan terus menggunakan gadget dengan posisi yang salah dan dalam durasi waktu yang lama maka yang terjadi adalah kematian saraf,” imbuh dia.
Kematian saraf itu jauh lebih berbahaya dan berujung cacat dengan gejala yang dialami adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil loss atau tidak terasa dan sekualitas bagi kaum lelaki hilang.
“Jika seperti ini maka tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak ada operasi yang bisa mengembalikan,” tegas Ridha.
Akibatnya yang terjadi, 5 hingga 10 tahun ke depan Indonesia akan melahirkan generasi yang cacat.
Oleh karena itu, dia menganggap pentingnya gerakan gadget sehat hadir di Indonesia termasuk Batang Hari, Jambi, dalam upaya menyelamatkan generasi muda dari situasi bonus demografi.
Sementara itu, dalam kegiatan bertajuk "Merawat kesehatan mental millenial dan pengaruh internet" itu, istri Bupati Batang Hari Zulva Fadhil menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasihnya atas acara tersebut.
"Kedatangan Prof Ridha di sini (Jambi, red) sangat kami apresiasi dan juga kami ucapkan terima kasih akan informasi penting yang disampaikannya. Harapannya, ke depan tumbuh generasi-generasi muda berkualitas dari Jambi," harap Zulva. (rdo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Aplikasi untuk Mengatur Anak dalam Penggunaan Gadget
Redaktur & Reporter : M. Rasyid Ridha