Innalillah, Bocah Tiga Tahun Meninggal setelah Operasi Jari Tengah

Senin, 08 Agustus 2016 – 20:20 WIB
M Shafa saat menjalani perawatan di RSUD Banjarnegara, Jawa Tengah. Foto: Radar Banyumas/JPG

jpnn.com - BANJARNEGARA - Balita di Desa Pagentan, Kecamatan Pagentan, Banjarnegara, Jawa Tengah bernama Muhammad Shafa meninggal dunia pada Rabu (3/8). Bocah tiga tahun itu menemui ajal setelah menjalani operasi kelainan jari tengah.

Namun, pihak keluarga meyakini ada yang janggal tentang penyebab kematian Shafa. Sebab, kelainan pada jari tengah itu hanya karena tidak bisa lurus.

BACA JUGA: Pengusutan Dugaan Korupsi Dana BPJS Harus Dituntaskan!

Pada Kamis lalu (4/8), paman Shafa, Dindung Sukirta mengadi ke Komisi IV DPRD Banjarnegara. Dindung yang mewakili keluarga menceritakan kisah pilu yang dialami kemenakannya.

Dindung menuturkan, Shafa dibawa ke RSUD Banjarnegara pada 27 Juli lalu. Putra pasangan Saptono dan Purwanti itu juga tak mengeluh sakit. Sebab, tujuannya hanya untuk mengecek kondisi jari tengahnya agar bisa lurus normal seperti anak-anak lainnya.

BACA JUGA: Jari Nelayan Ini Nyaris Putus Digigit Buaya

“Saat masuk anak terlihat ceria. Bahkan dokter yang memeriksa juga mengatakan operasi jari tengah ini termasuk operasi ringan,” ujar Dindung seperti diberitakan Radar Banyumas (Jawa Pos Group).

Namun, setelah operasi selesai, Shafa tak juga siuman. Setelah dibawa keluar dari ruang operasi, Shafa justru kejang-kejang.

BACA JUGA: Kemdagri Terjunkan Tim ke Makassar

Saat itu, ujar Dindung, dokter langsung menyuntik Shafa agar kejang-kenjangnya berhenti. Namun tindakan dokter itu tak membuat kondisi Shafa membaik.

“Tetapi, setelah disuntik, kembali kejang-kejang. Kemudian disuntik lagi sampai lebih dari dua kali. Sesudah itu keadan Shafa tetap belum sadar. Malahan, kondisi pasien semakin mengkhawatirkan. Badan panas, mulut berbusa dan matanya melotot,” paparnya.

Shafa lantas dibawa ke ICU. Pada Sabtu (29/7) pagi hari, dokter menyampaikan bahwa berdasarkan hasil CT scan ternyata Shafa terkena meningitis.

Selain itu, kata Dindung melanjutkan, pihak RSUD juga menyampaikan bahwa pembuluh darah di kepala Shafa pacah. Padahal, menurutnya selama ini tidak pernah terjadi benturan. “Kata dokter pecahnya pembuluh darah ini terjadi waktu dulu-dulu,” ujarnya.

Setelah itu, kondisi Shafa terus menurun. Bahkan, obat yang diberikan melalui infus tidak bisa masuk ke tubuh. Hingga akhirnya, setelah semua alat dilepas, 45 menit kemudian Shafa meninggal dunia di RSUD Banjarnegara.

Dindung yang mewakili keluarga lantas meminta kejelasan terkait pelayanan yang diberikan kepada Shafa. Sebab, Shafa diperiksa tidak mengeluhkan penyakit atau gejala penyakit lain.

“Kami ini orang awam, kami mohon ada penjelasan dari pihak RSUD terkait pelayanan terhadap Muhammad Shafa,” pintanya.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Banjarnegara Djarkasi mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat akan memanggil RSUD. Menurutnya, RSUD Banjarnegara harus melakukan evaluasi menyeluruh.

“Kami melihat ada human error. Mestinya CT scan dilakukan sebelum operasi, lha kok ini setelah dioperasi,” katanya.(uje/dis/jpg/ara/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Investigasi Bentrok Satpol PP v Polisi, Pelajari Rekaman CCTV


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler