Insentif Pemerintah untuk Industri Berbasis Ekspor Masih Rendah

Rabu, 24 April 2019 – 10:14 WIB
Ilustrasi peti kemas. Foto: Frizal/Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perdagangan Internasional dan Investasi Indonesia Shinta Kamdani optimistis target pertumbuhan ekspor nonmigas delapan persen bisa tercapai.

’’Saat ini negara tujuan ekspor sedang mengetatkan proteksi dagang. Indonesia tak bisa mengandalkan satu sektor saja untuk memperbesar surplus perdagangan,’’ ujarnya, Selasa (23/4).

BACA JUGA: Ekspor Kepri Turun Sebesar 2,34 Persen Menjelang Pemilu

Sejauh ini, ekspor Indonesia seperti bertumpu pada komoditas sumber daya alam seperti CPO dan batu bara.

BACA JUGA: Indonesia Berpeluang Ekspor Obat-obatan ke Rwanda

BACA JUGA: Tidak Banyak Eksportir Domestik Gunakan Kapal

 

Di sisi lain, negara sasaran ekspor, misalnya Uni Eropa, sedang menunjukkan proteksi dagang berupa kampanye negatif.

BACA JUGA: Mampukah Ekspor Berkelit Dalam Situasi Sulit?

’’Selain CPO yang dihambat oleh Uni Eropa, batu bara juga terkendala kampanye energi bersih di beberapa negara tujuan utama ekspor,’’ tambahnya.

Di sektor ekspor industri pengolahan, Indonesia juga menghadapi tantangan berupa isu daya saing.

Memang, industri pengolahan sudah menunjukkan tanda-tanda bergeliat ditandai dengan peningkatan impor bahan baku dan penolong Maret lalu.

’’Namun, daya saing produk olahan kita masih rendah. Hal itu yang sulit bagi kita,” urainya.

Untuk itu, Kadin meminta adanya konsistensi kebijakan dan insentif dari pemerintah.

Sebab, bagi sektor industri terutama yang berbasis ekspor, insentif dari pemerintah dinilai masih kurang.

’’Banyak hal, seperti industri yang didorong agar ada penghiliran di dalam negeri. Tetapi di tengah jalan ekspor barang mentahnya dibuka kembali. Padahal, kita tahu harga produk mentah itu justru rawan terguncang secara global,” bebernya.

Hal tersebut tecermin dari catatan ekspor industri pengolahan yang sepanjang kuartal I 2019 masih terkoreksi 6,61 persen secara YOY menjadi USD 29,92 miliar.

Disinggung mengenai upaya peningkatan kapasitas industri, Kadin menilai peningkatan kapasitas industri tidak secara langsung dapat berdampak pada kenaikan ekspor. Sebab, prosesnya membutuhkan waktu. (agf/c17/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Grand Kartech Siap Sasar Pasar Ekspor


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler