jpnn.com - NEW YORK - Sebuah dokumen Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) yang dirilis ke publik mengungkap bahwa para intelijen di lembaga itu secara intensif memata-matai pemimpin gerakan sipil, Martin Luther King dan petinju Muhammad Ali. Upaya NSA memata-matai King dan Ali itu dilakukan selama masa protes perang Vietnam pada 1967.
Tak hanya itu, NSA juga mengintai aktivitas para wartawan di New York Times dan Washington Post, serta dua senator, yaitu Frank Church dari Demokrat dan Howard Baker dari Republikan. Operasi yang diberi nama Minaret ini awalnya terkuak pada 1970-an. Namun, nama-nama orang yang teleponnya disadap dirahasiakan hingga kini.
BACA JUGA: Jenis Baru Ikan Listrik Ditemukan di Pedalaman Guyana
Menurut laman BBC, Kamis (26/9), nama-nama tersebut menjadi target karena kritik mereka atas keterlibatan AS dalam perang Vietnam. Kuatnya protes terhadap perang Vietnam membuat Presiden Lyndon Johnson memerintahkan NSA mencari tahu kemungkinan ada negara lain di balik itu.
Untuk itu, NSA kemudian bekerja sama dengan lembaga khusus mata-mata untuk menyusun daftar nama yang akan diawasi sekaligus menyadap telepon mereka. Petinju Muhammad Ali juga berada dalam daftar orang yang teleponnya disadap.
BACA JUGA: Nissan Tarik Ratusan Ribu Produk
Program ini lantas dilanjutkan di masa kepemimpinan Richard Nixon pada 1969. Namun pada 1973 program itu dihentikan, ketika pemerintahan Nixon terbelit skandal Watergate.
Dokumen NSA itu terungkap setelah peneliti dari George Washington University meminta agar pemerintah mengungkap ke publik data rahasia tersebut. Lembaga Arsip Keamanan Nasional yang dimiliki universitas tersebut merupakan sebuah lembaga penelitian yang berusaha memeriksa dan menguak rahasia yang dilakukan pemerintah.
BACA JUGA: Grup Danone Dituding Menyuap Pejabat Tiongkok
Sementara itu, dalam dokumen berbeda, surat kabar The Washington Post mengatakan NSA, telah melanggar privasi ribuan kali dalam satu tahun dengan menyadap email dan pembicaraan telepon warga AS.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Obama Stop Rokok Gara-gara Takut Istri
Redaktur : Tim Redaksi