jpnn.com - JAKARTA - Gejolak perekonomian global yang berpengaruh terhadap perlambatan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini menjadi sinyal berlanjutnya tekanan pada akselerasi investasi tahun depan. Melorotnya kinerja penanaman modal tersebut khususnya terjadi pada jenis foreign direct investment (FDI) atau investasi asing langsung. Sebaliknya, akan terjadi peningkatan pada investasi asing dalam bentuk portofolio.
Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Destry Damayanti mengungkapkan, tren perlambatan FDI dirasakan sejak awal tahun ini. Tahun lalu FDI masih mampu tumbuh pada kisaran 26-30 persen.
BACA JUGA: Bentuk Reasuransi, BUMN Kantongi Izin OJK
"Tren melambat ini masih menjadi permasalahan Indonesia dalam hal investasi pada 2014. Tidak hanya karena siklus investasi, tapi juga timing 2014. Sepanjang political year, investor cenderung melihat kepastian dulu," ungkapnya di sela-sela media briefing Mandiri Investment Forum 2013 di kantor pusat Bank Mandiri, Kamis (7/11).
Merujuk data yang telah dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi pada kuartal ketiga 2013 sebesar Rp 100,5 triliun, atau hanya tumbuh 22,9 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada kuartal ketiga 2012 investasi mencapai Rp 81,8 triliun, atau tumbuh 24,89 persen.
BACA JUGA: Pemda Disarankan Beli Saham Sesuai Kemampuan
Catatan investasi sepanjang 2013 memang kurang menggembirakan. Pertumbuhan penanaman modal terus melambat. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kuartal pertama 2013 sebesar 30,62 persen. Berikutnya melorot pada kuartal kedua 2013 sebesar 29,78 persen. Destry menjelaskan, kondisi ini diprediksi terus berlangsung hingga investor mendapatkan kepastian isu ekonomi global. Misalnya, masalah debt ceiling atau pagu utang dan tapering off quantitative easing alias pengurangan stimulus fiskal The Fed.
"Tahun ini FDI diperkirakan masih di level 20 persen. Sementara pada 2014 kami prediksi hanya bertumbuh 15-18 persen," jelasnya.
BACA JUGA: Disambangi Dahlan Iskan, Karyawan Perindo Terharu
Kendati demikian, Destry masih melihat adanya peningkatan tren. Ini mengingat adanya kebijakan pemerintah untuk melonggarkan daftar negatif investasi (DNI). "Investor bisa terdorong untuk memasukkan modalnya, terutama di sektor riil," ucapnya.
Di satu sisi, menurut Destry, ketidakpastian ekonomi global tersebut justru menjadi peluang manis bagi Indonesia untuk menyedot investasi portofolio. Kendati pada tahun ini masih ada ekspektasi kenaikan suku bunga acuan 25 basis poin, pada 2014 tren suku bunga dimungkinkan turun pada kuartal ketiga dan keempat.
"Investor cenderung forward looking, ya. Untuk menunggu kestabilan, mereka lebih masuk ke fixed income, seperti ORI, sukuk global, atau reksa dana dengan underlying fixed income," terangnya.(gal/wir/dio/c2/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan Siapkan Tahapan Penyelesaian Persinggungan Pipa Gas
Redaktur : Tim Redaksi