jpnn.com, JAKARTA - Gejolak nilai tukar rupiah sepanjang tahun lalu membuat cadangan devisa (cadev) terkuras.
Sejak Februari hingga September 2018, jumlah cadev turun drastis. Baru pada Oktober 2018, cadev mulai membaik hingga bulan lalu.
BACA JUGA: Kepala BP Ungkap Salah Satu Hambatan Investasi di Batam
Bank Indonesia (BI) merilis, cadev pada Februari 2019 mencapai USD 123,3 miliar.
Jumlah tersebut naik lumayan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya USD 120,1 miliar.
BACA JUGA: TKN Jokowi: Kartu Prakerja Investasi Jangka Panjang
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Angka itu di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. Pihaknya memastikan cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
BACA JUGA: OSS Butuh Sinkronisasi Pemerintah Pusat dan Daerah
”Cadev naik tinggi cukup untuk membayar utang luar negeri, impor, bahkan melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah,” kata Perry, Jumat (8/3). Peningkatan cadev pada Februari 2019 terutama dipengaruhi penerbitan sukuk global, penerimaan devisa migas, dan penerimaan valas lainnya.
Dia menguraikan, modal portofolio asing terus mengalir. Per 6 Maret, aliran dana asing yang masuk mencapai Rp 59,9 triliun.
Perinciannya, Rp 50,2 triliun masuk melalui surat berharga negara (SBN), sisanya yang Rp 10,5 triliun berada di pasar saham.
Jumlah aliran modal asing periode tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama bulan lalu.
”Tahun lalu aliran modal asingnya malah keluar alias outflow Rp 9,9 triliun. Jadi, dari Januari hingga 6 Maret 2018 itu tidak inflow, malah outflow,” jelas Perry.
Perry menuturkan, jumlah inflow tahun ini yang cukup tinggi menunjukkan kepercayaan pasar terhadap kondisi ekonomi Indonesia masih positif.
Selain itu, besaran imbal hasil dari aset keuangan di dalam negeri naik. Dengan demikian, surat utang Indonesia masih sangat menarik bagi investor, baik domestik maupun asing.
”Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai yang didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik serta kinerja ekspor yang positif,” imbuh Perry.
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menilai, cadev per Februari memang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan impor hingga pembayaran utang luar negeri.
”Jadi, sudah lebih dari cukup. Sisanya pun cukup untuk dipakai intervensi (stabilisasi nilai tukar),” kata Lana. (ken/c6/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... IndoSterling Aset Manajemen Diluncurkan
Redaktur : Tim Redaksi