JAKARTA - Pencatatan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) PT Garuda Indonesia Airlines (GIAA) dilakukan besokDengan hajatan itu, perseroan akan mencatatkan diri sebagai emiten satu-satunya dari sektor industri dirgantara yang menjejakkan rodanya di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI)
BACA JUGA: Penjualan BMW Sport Naik 100 Persen
Hanya, hajatan IPO tersebut tidak berjalan mulus bahkan prosesnya bisa dikatakan berantakanMenilik kondisi terkini indeks harga saham gabungan (IHSG), market sedang tidak menaungi langkah perseroan
BACA JUGA: Maret, BEI Dapat Sertifikat Halal
Ada yang menyebut market tidak memberi sambutan poisitif kehadiran GIAABACA JUGA: Rokok Putih Bakal Rebut Pasar Rokok Kretek
”Setahu saya investor asing memang tidak berminat terhaap saham GIAA meski dengan harga diskon sekalipunBuktinya, saham perdana perseroan masih belum jelas berapa yang tersisa,” ungkap Viviet S Putri, Analis Anugerah Sekurindo Indah Sekuritas, di Jakarta, Rabu (9/2)
Viviet menyebutkan, melihat situasi market yang sedang tidak bersahabat, niat GIAA menuju papan pencatatan bursa digaransi tidak mulusBelum lagi investor yang bakal berlaku kurang sopan alias resistence dengan performa dan kinerja perseroanViviet melanjutkan, harga saham GIAA terlalu mahal dan tidak sesuai dengan kondisi pasar”Saya tidak bisa berspekulasi akan kinerja saham perseroanTetapi, naga-naganya kurang baik,” ujar Viviet.
Hal senada diungkap Nico J Omer, Vice Prisident Valbury SecuritiesNico menjelaskan saham perseroan tidak baik untuk dikoleksi dalam kondisi apapunBaik jangka panjang dan pendek sama-sama mengandung bahaya dengan tingkat risiko tinggiSecara operasional, GIAA kurang meyakinkan meski tidak menghindari kenyataan pasar dalam negeri begitu potensial
”Memang sektor ini tidak menjanjikanCoba lihat di negara-negara maju, hampir saham penerbangan kurang mendapat respons investor,” ucap Nico.
Nico mengemukakan, masyarakat baik asing dan domestik juga tidak begitu bersemangat dengan saham perdana GIAAMasyarakat sepertinya trauma dengan berbagai kejadian yang menempa industri penerbangan belakanganKolapsnya Mandala Airlines jadi salah satu bukti konkretnya
Padahal, secara faktual pasar dalam negeri dengan penduduk besar menjadi modal berhargaTetapi, itu tidak membuat industri itu berjalan sesuai ekspektasi”Kan faktanya sudah terlihatLebih bahaya lagi, situasi saat ini harga minyak dunia meroket dan itu menjadi konsumsi dan sebagai darah utama operasional GIAA,” imbuh Nico
Di sisi lain, manajemen GIAA sedang melakukan pembicaraan intensif terkait kelanjutan saham Rp 520 miliar yang tidak bertuanBahkan berkembang selintingan di kalangan pelaku pasar, sejatinya saham yang masih belum jelas tersebut lebih besar dari angka tersebutUntuk angka pastinya mengenai saham yang belum ditebus itu berada sepenuhnya di wilayah underwriter”Saya tidak berani berspekulasi soal saham sisa tersebutItu urusan penjamin emisi,” tandas Nico
Dalam hajatan IPO itu, Garuda melepas sebanyak 6.335.738.000 lembar saham atau setara dengan 26,67 persenRencananya, perolehan dana digunakan untuk pembelian pesawat dan pengembangan perusahaanTahun ini Garuda berencana menambah 12 pesawat baru yang terdiri atas sembilan B737-800NG dan tiga A330-300.
Sementara itu, manajemen GIAA melakukan pertemuan tertutupDalam acara itu, diundang khusus Hermawan Kertajaya sebagai pembicaraHermawan diundang dalam kapasitasnya untuk memberi pemahaman seputar pemasaranDi antara mereka juga terlihat Ito Warsito Direktur Utama BEI dan Emirsyah Satar Dirut GIAA(far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 2011, Total Targetkan Punya 15 SPBU
Redaktur : Tim Redaksi