jpnn.com, JAKARTA - Politikus PKS Mulyanto menyesalkan hengkangnya investor kakap migas, karena sangat serius dan akan berdampak luas.
"Kerugian besar akan dialami Indonesia apabila pemerintah menganggap enteng dan lambat bersikap," ujar dia, saat dikonfirmasi JPNN, Sabtu (18/12).
BACA JUGA: Kejar Target Produksi Migas, SKK Migas Terus Berupaya Tekan Emisi Karbon
Menurut dia, jika persoalan investor berlanjut maka target lifting migas satu juta barel per hari pada 2030 hanya tinggal rencana.
Bahkan, kata Mulyanto yang lebih parah adalah pendapatan negara terancam anjlok.
BACA JUGA: Kejar Target Produksi Migas, SKK Migas Bakal Gelar IOG 2021
"Indonesia akan terus menjadi negara pengimpor migas," kata Mulyanto.
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto meminta pemerintah jangan tutup mata dan menganggap enteng hengkangnya investor di sektor migas.
BACA JUGA: Insentif dari Pemerintah Efektif Dorong Peningkatan Produksi Migas
Pemerintah diminta ekstra kerja keras mencari jalan keluar. "Jangan sampai kita terlanjur dinilai sebagai negara yang tidak menarik bagi tujuan investasi sektor migas," kata dia.
"Harus diakui, akibat kuatnya isu perubahan iklim, bisnis migas memasuki fase senja kala. Konsekuensinya, kompetisi bagi investasi di sektor migas semakin ketat.
Kompetisi itu bukan hanya terjadi antarnegara penghasil migas yang satu dengan lainnya, tetapi juga antara bisnis migas dengan bisnis energi baru-terbarukan.
"Tren perusahaan migas yang bertransformasi menjadi perusahaan energi semakin marak," imbuh Mulyanto.
Di sisi lain, lanjut Mulyanto, tingkat risiko bisnis migas dirasakan makin tinggi.
Legislator dari Fraksi PKS itu menilai faktor Covid-19 juga dalam hal-hal tertentu terkait dengan “perang” perebutan sumber daya alam seperti sekarang ini yang tampak di Laut China Selatan.
Manuver China telah mengganggu keamanan aktivitas penambangan migas kita di sana.
"Ke depan Pemerintah harus mengambil langkah-langkah konkret terkait pembangunan iklim investasi khususnya di sektor migas ini, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Termasuk, insentif fiskal, kemudahan berinvestasi, serta kepastian hukum.
ConocoPhillips hengkang dari Blok Corridor (Corridor PSC), Sumatra Selatan pada 8 Desember 2021 lalu, dan pindah ke Australia.
Sebelumnya Royal Dutch Shell Shell dilaporkan melepas 35 persen sahamnya di Blok Masela. Chevron yang menyatakan menarik diri dari proyek Deep Water Development (IDD), Kalimantan Timur setelah menyerahkan Blok Rokan kepada Pertamina.
Total dilaporkan sudah menghentikan aktivitas operasinya di Blok Mahakam per 1 Januari 2018 lalu setelah dikelola selama 50 tahun.
Pada sisi investasi dilaporkan sektor migas hingga kuartal III 2021 tercatat baru mencapai USD 9,07 miliar atau 53,95 persen dari target sebesar USD 16,81 miliar untuk tahun ini. (mcr10/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Elvi Robia