jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan penurunan migas ataupun meningkatkan produksi, adalah dengan menerapkan Enhanced Oil Recovery (EOR).
Saat ini menurutnya, berbagai hal pendukung yang dibutuhkan para pelaku usaha untuk terapkan EOR sudah disediakan oleh pemerintah.
BACA JUGA: Mobil Ditabrak, Kalina Ocktaranny Beberkan Kronologisnya, Sopir Sempat mau Kabur
Sementara dari sisi teknologi juga sudah tersedia. Sehingga tersisa hanyalah keinginan untuk mengimplementasikannya.
Dia menuturkan, jika memang teknologi belum tersedia di tanah air, kontraktor bisa bekerja sama dengan mitra yang sudah menguasai teknologi tersebut.
BACA JUGA: Kominfo: Kualitas Konten dan Layanan Medsos Perlu Ditingkatkan
“Langsung diterapkan (EOR) teken kontrak dengan vendornya (mitra) apalagi ini konsepnya no cure no pay dicontoh saja kontrak yang sudah ada, simple kalau sudah ada contoh real yang sudah berhasil,” kata Djoko, Jumat (26/11).
Sejauh ini pemerintah telah memetakan 34 lapangan migas yang menjadi kandidat lokasi proyek EOR.
BACA JUGA: SKK Migas bersama Para Stakeholders Terus Genjot TKDN
Proyek EOR merupakan salah satu strategi pemerintah untuk mengejar target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) pada 2030.
Adapun ke-34 kandidat lapangan tersebut di antaranya: Rantau, Bangko, Bekasap, Kulim, Balam South, Petani, Pematang, Zamrud, Beruk, Pedada, Pusak, Sago, Limau Q51.
Kemudian, Ramba, Belida, Melibur, Gemah, Makmur, Jirak, Kaji, Semoga, Iliran High, Rama, Krisna, Widuri, E-main, Zulu, MQ, Jatibarang, Mudi, Sukowati, Tanjung, Handil dan Gundih.
Inisiasi untuk terapkan EOR dengan menginjeksikan CO2 saat ini secara intensif sedang dikaji di lapangan Sukowati dan Gundih.
Menurut Djoko, data yang ada menunjukkan potensi untuk meningkatkan produksi migas cukup besar, sehingga pelaku usaha tinggal putuskan dimana lokasi yang tepat untuk dilakukan penerapan EOR tersebut.
“Inisiatif dari vendor dan KKKS tinggal tunjuk saja dan kasih info sumur minyak mana yang perlu dinaikan produksinya,” tegas Djoko.
SKK Migas sudah mencanangkan target produksi minyak sebesar 1 juta Barel per hari (BOPD) dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030.
Guna membahas target besar tersebut, SKK Migas akan menyelenggarakan The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG 2021), secara hybrid dari 29 November sampai 1 Desember 2021.
Acara ini rencananya akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo dengan menghadirkan lebih dari 120 narasumber, termasuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.
Kemudian Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.
Kegiatan ini terbuka untuk publik yang bisa diakses secara virtual melalui https://www.iogconvention.com.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy