IPO GoTo Dinilai Positif Bagi Perkembangan BEI

Kamis, 10 Juni 2021 – 17:25 WIB
Gojek dan Tokopedia membentuk Grup GoTo. (ANTARA/HO)

jpnn.com, JAKARTA - Inisiator dan Ketua Indonesia Fintech Society (IFSoc) Mirza Adityaswara mengatakan bahwa sejak dua tahun terakhir terjadi fenomena pasar modal digerakkan oleh saham teknologi.

Menurutnya, banyaknya perusahaan teknologi yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO) dinilai positif bagi perkembangan Bursa Efek Indonesia (BEI).

BACA JUGA: IPO Cara GoTo Berbagi Kepemilikan dengan Masyarakat

"IPO perusahaan teknologi nasional memiliki arti strategis bagi arah ekonomi digital nasional, termasuk membuka akses yang lebih luas dan likuid bagi investor global maupun nasional untuk menanamkan modal,” kata Mirza dalam keterangan tertulis, Kamis (10/6).

Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia itu melihat BEI saat ini terus berinisitif mendorong perusahaan digital Indonesia go public.

BACA JUGA: OJK: IPO GoTo Sudah Dinanti Publik

"Ini langkah positif sambil terus melakukan inovasi terutama dari sisi regulasi supaya perusahaan teknologi berskala Unicorn, bahkan Decacorn sahamnya bisa tercatat di Papan Utama Bursa saat melakukan IPO di BEI," ujarnya.

Steering Committee IFSoc Rudiantara menambahkan salah satu yang sedang ramai dibahas tentang perusahaan teknologi Indonesia yang akan IPO adalah GoTo.

BACA JUGA: LPEM UI: Dampak Positif Kolaborasi GoTo Makin Berkembang

"Skala perusahaan kolaborasi Gojek dan Tokopedia tersebut adalah Decacorn, sehingga perlu menjadi perhatian bagi BEI dan termasuk kemampuan penyerapan pasar," tuturnya.

Rudiantara mengatakan bila GoTO masuk ke pasar modal maka valuasinya akan mencapai USD 20 miliar sampai dengan USD 30 miliar.

Seandainya saham yang dilepas kepada publik melalui IPO tersebut sebesar 10% saja dari valuasi maka nilainya mencapai USD 2 miliar - USD 3 miliar atau setara sekitar Rp 28 triliun.

”Dengan angka sebesar itu akan sulit hanya IPO di Indonesia. Perlu dual listing supaya bisa terserap,” ujarnya.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) periode 2014 – 2019 itu pun mendukung perusahaan Fintech dan perusahaan teknologi Indonesia bisa segera melakukan IPO di pasar modal Indonesia.

Menurutnya, ada beberapa isu perusahaan teknologi yang masih memiliki bottom line belum mencatatkan laba dan tidak memiliki tangible assets bernilai besar, namun memiliki pertumbuhan bisnis yang sangat tinggi.

"Perlu adanya penyesuaian parameter bagi eligibilitas perusahaan teknologi untuk melakukan IPO terkait performa bisnis, keuangan, tangible assets dan lain sebagainya dengan tetap memperhatikan aspek fairness bagi perusahaan konvesional,” kata dia.

Dia juga mendukung adanya multiple voting shares dengan memperhatikan kepentingan strategis dalam hal pengendalian perusahaan teknologi oleh para founders dan pemegang saham nasional.

"Semua penyesuaian kebijakan nantinya diharapkan dapat mengedepankan prinsip perlindungan investor publik," tuturnya. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
GoTo   Gojek   Tokopedia   BEI  

Terpopuler