IPO Tingkatkan Daya Saing Pertamina Geothermal Energy

Rabu, 08 Februari 2023 – 10:58 WIB
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Foto dok PGE

jpnn.com, JAKARTA - Langkah PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) untuk melakukan initial public offering (IPO), disambut baik oleh Senior Advisor Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) Abadi Poernomo.

Pasalnya, dengan masuk ke bursa saham, PGE akan semakin efisien, yang pada akhirnya akan meningkatkan pula daya saing perusahaan.

BACA JUGA: PGE Targetkan jadi 3 Besar Perusahaan Produsen Panas Bumi di Dunia

“Efisiensi berpengaruh terhadap daya saing PGE. Dan pada akhirnya tarif listrik bisa ditekan lebih kuat lagi,” kata Abadi.

Peningkatan efisiensi dan juga efektivitas penggunaan dana, lanjut Abadi, terkait erat dengan keberadaan pemegang saham dari luar.

BACA JUGA: Pertamina Geothermal Energy Tawarkan 25% Saham ke Publik

Terlebih, karena juga terdapat prinsip transparansi pada perusahaan terbuka.

“Karena itulah, melalui IPO, kontrol terhadap perusahaan menjadi lebih ketat,” sebutnya.

BACA JUGA: Rayakan HUT ke-73, BTN Tebar Diskon dan Banjir Promo, Cukup Bayar Rp 7.300

IPO PGE, menurut Abadi merupakan upaya yang tepat. Dalam hal ini, menjadi cara untuk mendapatkan dukungan pendanaan yang lebih murah.

Dana tersebut sangat dibutuhkan, karena investasi geothermal memang sangat mahal.

“Misal kalau posisi sekarang untuk mengembangkan 100 MW, maka dibutuhkan USD500 juta. Artinya, dengan masuknya dana lewat IPO, PGE bisa ekspansi lebih kuat,” urai Abadi.

Dengan begitu, melalui IPO, PGE bisa lebih fokus mandiri, meski 70 persen masih dipegang Pertamina. Tetapi setidaknya, lebih lincah dari sisi pendanaan.

Memang, sebelumnya PGE bisa saja memperoleh dari lembaga pinjaman, misal Worldbank dengan bunga murah.

Tetapi perlu diingat, bahwa perusahaan wajib membayar pinjaman setiap tahun.

“Ini yang berbeda dengan IPO. Karena melalui IPO, untung atau rugi bisa di-share ke pemegang saham,” jelasnya.

Di sisi lain, Abadi sepakat bahwa IPO PGE juga mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) paling lambat 2060.

Pasalnya, geothermal memang menjadi backbone dalam upaya mendukung dekarbonisasi.

“Geothermal dan hydro paling sustain dengan energi baru terbarukan. Efektivitas panas bumi bisa mencapai 90-100 persen. Sementara, photoponic yang hanya sekitar 17 persen,” serunya.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler