jpnn.com, TEHRAN - Pusat perbelanjaan dan pasar-pasar dibuka kembali di Iran pada Senin (20/4) meskipun ada peringatan dari beberapa pejabat kesehatan bahwa gelombang baru infeksi virus corona dapat muncul.
Iran telah berjuang untuk menghentikan penyebaran penyakit paru-paru yang sangat menular yang dikenal sebagai COVID-19 itu tetapi pihak berwenang juga khawatir bahwa langkah-langkah untuk membatasi kehidupan publik guna mengendalikan virus dapat menghabisi ekonomi yang sudah terkena sanksi.
BACA JUGA: Turki Laporkan Kasus Pertama COVID-19 pada 10 Maret, Kini Angkanya di Atas Iran & Tiongkok
Mencari keseimbangan antara melindungi kesehatan masyarakat dan melindungi ekonomi, pemerintah telah menahan diri dari melakukan penguncian besar-besaran kota-kota seperti yang diberlakukan di banyak negara lain, tetapi telah memperpanjang penutupan sekolah dan universitas serta melarang pertemuan budaya, agama dan olahraga.
Mulai hari ini, pemerintah Presiden Hassan Rouhani mencabut larangan perjalanan antarkota dan mengakhiri penutupan kegiatan ekonomi yang dinilai hanya memiliki risiko menengah penyebaran virus corona di seluruh negeri.
BACA JUGA: Iran Beri Cuti Satu Bulan untuk Napi dan Tahanan
"Kegiatan ekonomi berisiko menengah seperti toko-toko di bazar atau yang terletak berdampingan di dalam gedung seperti pusat-pusat perbelanjaan akan diizinkan untuk dibuka kembali sambil menerapkan protokol kesehatan," kata Rouhani pada Minggu dalam sebuah pertemuan satuan tugas penanganan virus corona yang ditayangkan oleh televisi.
Dengan dicabutnya larangan itu, televisi pemerintah menunjukkan lalu lintas komuter kembali padat di ibu kota Teheran dan kota-kota lain. Kembalinya ke aktivitas perkotaan yang ramai telah menarik perhatian dan kritik dari beberapa pakar kesehatan, kepala satuan tugas virus corona Teheran dan ketua dewan kotanya.
BACA JUGA: Iran Makin Jago, Bikin Drone Berdaya Jelajah sampai Wilayah Israel
"Saya sangat khawatir dengan apa yang terjadi. Ketakutan saya adalah orang tidak akan menanggapi wabah ini dengan serius," kata seorang dokter di rumah sakit Rasulollah Teheran kepada televisi pemerintah.
"Semuanya tergantung pada sejauh mana orang menghormati protokol kesehatan. Orang seharusnya tidak berpikir bahwa situasinya telah menjadi normal kembali," kata Mohammad Asayi, seorang penasihat menteri kesehatan, kepada TV pemerintah. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil