jpnn.com, JAKARTA - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menegaskan gas air mata yang digunakan personel Brimob dalam tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, tidak mematikan.
Menurut Dedi, penjelasan itu berdasar dua keterangan ahli, yakni ahli bidang teksiologi atau racun dari Universitas Udayana dan ahli kimia dan persenjataan dari Universitas Indonesia.
BACA JUGA: Kapolres Malang Diganti, Kapolri Juga Diminta Mencopot Kapolda Jatim
"Gas air mata atau CS ini dalan skala tinggi pun tidak mematikan," kata Dedi pada Senin (10/10).
Jenderal dedi mengatakan berdasar penjelasan para ahli dan dokter spesialis yang menangani para korban baik yang meninggal dunia maupun korban luka bahwa tidak satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata.
BACA JUGA: Korupsi Dana Desa, Kades AA Tak Berkutik Saat Dijemput Polres Gorontalo Utara
"Penyebab kematian adalah kekurangan oksigen, karena apa? Terjadi berdesak-desakan, terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan mengakibatkan kekurangan oksigen," ujar Dedi.
Ada empat pintu di Stadion Kanjuruhan yang menjadi lokasi banyak jatuhnya korban.
BACA JUGA: Bima Sakti Bicara Soal Pelatih Timnas U-23 Indonesia untuk SEA Games, Begini Katanya
"Pada pintu 13, pintu 11, pintu 14, dan pintu 3. Ini yang jadi korbannya cukup banyak," ucap Dedi.
Masih mengutip ahli, Dedi menyatakan gas air mata berdampak terjadinya iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan.
"Dokter spesialis mata menyebutkan ketika kena gas air mata pada mata, khususnya memang terjadi iritasi, sama halnya seperti kena air sabun, terjadi perih, tetapi pada beberapa waktu bisa langsung sembuh dan tidak mengakibatkan kerusakan yang fatal," tutur Dedi.
BACA JUGA: Bima Sakti Bicara Soal Pelatih Timnas U-23 Indonesia untuk SEA Games, Begini Katanya
Diketahui, tragedi Kanjuruhan, seusai laga Arema FC vs Persebaya pada Sabtu (1/10) mengakibatkan 131 orang meninggal dunia. (cr3/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama