ISPA Menjangkiti Balita

Minggu, 25 Agustus 2013 – 08:13 WIB

BOGOR--Berbagai kasus penyakit yang menyerang masyarakat,  kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), ternyata, masih berada di peringkat teratas sebagai penyakit yang banyak menyerang masyarakat Kota Bogor.
    
Tercatat, pada 2011, terdapat 13.529 bayi atau sekitar 68,5 persen yang terkena Ispa dari jumlah bayi 0-1 tahun, yakni 19.750 orang. Sedangkan jumlah kematian bayi sendiri, berjumlah 44 orang yang didominasi akibat infeksi, diare, Asfiksia dan BBLR. Sedangkan sepanjang tahun 2012, ada sebanyak 86.429 kasus ditemukan.
    
“Dari 24 puskemas induk dan 27 puskemas pembantu, Ispa merupakan penyakit yang paling banyak dan masuk 10 besar penyakit yang menyerang masyarakat, terutama untuk kesehatan bayi,”kata Kepala Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat (PKM) pada Dinas Kesehatan Kota Bogor drg Nanik Widayani di sela-sela kegiatan advokasi kesehatan.

Ispa adalah penyakit infeksi akut (cepat dan mendadak, red) yang menyerang salah satu bagian atau lebih, dari saluran napas, mulai dari hidung hingga kantong paru, termasuk jaringan sinus di sekitar rongga telinga tengah dan pleura.
    
Menurut Nanik, jumlah kasus Ispa dari tahun ke tahun, menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Sehingga berimbas pada kesehatan masyarakat, khususnya balita. Karena selain penyebaran yang mudah, Ispa lebih mudah tertular kepada bayi dibandingkan orang dewasa.
    
“Penularannya sangat mudah, biasanya melalui tangan. Pada riset kesehatan dasar 34 persen kejadian Ispa terjadi, dan dari jumlah tersebut, 16 persennya terjadi pada anak umur 1-4 tahun,”jelasnya.

BACA JUGA: Panas Merata se-Pulau Jawa

Dengan meningkatkan perilaku CPTS atau cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, kata Nanik, setidaknya dapat menurunkan transmisi Ispa lebih dari 30 persen. Bahkan pada kondisi lingkungan dengan kontaminasi feses yang sangat tinggi, serta sanitasi yang buruk.
    
Sementara itu, Tim penggerak PKK Kota Bogor, Aisah mengkritisi sejumlah data yang menurutnya masih belum ada pembaharuan, yang mana hanya merujuk pada data jumlah penyakit Ispa pada 2011 dan 2012.

Menurutnya, hasil pemantauan di lapangan justru jumlah penderita Ispa di tahun 2013 tidak seperti yang diungkapkan hasil tim advokasi tersebut.
    
“Harusnya, mekanisme serta data yang dipaparkan bisa sejalan dengan data di lapangan. Sebagai tim PKK saya berharap Dinkes dapat mengkaji kembali,”kritiknya.
    
Mena nggapi hal itu, Ketua Tim Advokasi Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Nana Mulyana mengakui, keakuratan data di lapangan harus ada pemutakhiran. Pihaknya merasa ini adalah sebuah kritik positif. Sejak tiga tahun terakhir, angka penderita Ispa di Kota Bogor memang masih sangat tinggi. “-jangan ini akibat Kota Bogor yang telah menjadi kota angkot sehingga Ispa semakin meningkat,”ucapnya.(rp3/c)

BACA JUGA: Gubernur Ajak Perantau Bangun Kampungnya

BACA JUGA: Butuh Perbaikan 35 Sabo Dam Merapi

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pensiunan PSK Digerojok Miliaran Rupiah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler