Israel Stop Transfer Dana Pajak Palestina

Respons atas Rencana Perdamaian Fatah-Hamas

Senin, 02 Mei 2011 – 06:06 WIB

JERUSALEM - Persiapan Palestina menjadi negara yang merdeka, menyusul kesepakatan damai antara Hamas dan Gerakan Fatah (dua faksi terbesar di Palestina), bakal terancamPaling tidak, itu bisa terjadi dari segi pendanaan

BACA JUGA: SBY Sempat Perintahkan Operasi Militer

Pasalnya, Israel telah memutuskan untuk menangguhkan atau menyetop transfer pajak dan tarif pabean kepada Otoritas Palestina atau PA (pemerintahan sah Palestina yang diakui Israel dan Barat).
 
Menurut Menteri Keuangan (Menkeu) Israel Yuval Steinitz, pihaknya telah menangguhkan penyerahan rutin dana senilai 300 juta shekels atau USD 88 juta (sekitar Rp 765,6 miliar) kepada Palestina
Dana itu berasal dari pajak dan pungutan cukai (pabean) yang  ditagih Israel atas nama (pemerintah) Palestina di bawah kesepakatan damai yang diteken kedua negara

BACA JUGA: 20 Awak Kapal MV Sinar Kudus Dibebaskan

Dia berdalih langkah itu diambil karena kekhawatiran bahwa uang tersebut dipakai untuk mendanai kegiatan Hamas.
 
Steinitz menuturkan bahwa dirinya telah memerintahkan penangguhan atau penundaan pertemuan terjadwal dengan PA untuk mendiskusikan transfer uang tersebut
"Presiden Palestina Abu Mazen (Mahmud Abbas, Red) dan (perdana menteri) Salam Fayyad harus membuktikan bahwa dana itu tidak akan masuk ke dana komunal yang ingin dibentuk pemerintah (Palestina) dengan Hamas," katanya dalam wawancara dengan Radio Militer Israel kemarin (1/5).
 
"Tidak diragukan lagi bahwa dana komunal itu akan dipakai untuk membiayai aktivitas terorisme Hamas

BACA JUGA: Resolusi Syria Terganjal Rusia, AS-Eropa Teken Sanksi

Kami ingin ditetapkan bahwa akan ada dua dana terpisah (antara dana pemerintah Palestina dan dana komunal," tegasnya.
 
Harian Israel Yediot Aharonot memberitakan bahwa pertemuan yang ditunda kemarin diduga kuat terkait erat dengan masalah transfer dana pajak 300 juta shekel kepada Pemerintah Palestina (PA)Israel menagih pajak untuk Palestina di perlintasan perbatasan dan pelabuhanLantas, dana tersebut ditransfer kepada PA di bawah kesepakatan ekonomi yang diteken berbarengan dengan Perjanjian Oslo.
 
Penerimaan (pendapatan) Palestina berkisar 3,5 miliar-5 miliar shekel atau USD 1,04 miliar-USD 1,48 miliar (sekitar Rp 9,05 triliun-Rp 12,9 triliun) per tahunDana itu lantas masuk ke dalam anggaran tahunan Palestina.
 
Menteri Ekonomi Palestina Hassan Abu Lebda langsung mengecam keputusan SteinitzDia memperingatkan bahwa Israel bakal melanggar kesepakatan internasional jika tak mau menatransfer dana tersebut"Dana itu merupakan hak rakyat Palestina," ujarnya kepada Agence France-Presse"Setiap penundaan transfer dana itu jelas pelanggaran atas hak-hak rakyat PalestinaIsrael harus memikul tanggung jawab penuh atas konsekuensi ancamannya," lanjutnya.
 
Sebelumnya, Hamas dan Fatah mencapai rekonsiliasi soal bersama-sama mewujudkan kemerdekaan PalestinaKedua kelompok dan faksi utama di Palestina tersebut akan meneken kesepakatan damai pekan iniHamas yang selama ini menguasai Jalur Gaza dinilai memiliki dasar perjuangan untuk menghancurkan negara Yahudi tersebut
 
Hamas dan Fatah mempertimbangkan soal perlunya membentuk pemerintahan persatuan interimPemerintah sementara itu akan menggelar pemilu akhir tahun iniIsrael mengancam akan memberikan sanksi kepada Palestina sebagai respons atas kesepakatan damai dengan Hamas itu
 
PM Palestina Salam Fayyad menyatakan telah menjalin hubungan dengan semua kekuatan internasional untuk menghentikan keputusan Israel tersebut"Ancaman (Israel) tidak akan menggentarkan kami untuk melanjutkan proses rekonsiliasiIni kebijakan kami dan kami akan bekerja lebih keras untuk menghentikan perpecahan (antara Hamas dan Fatah) sesegera mungkin," tegasnya seperti dilansir Reuters
 
Palestina juga tergantung pada bantuan negara donor, termasuk ASNegeri adidaya tersebut menegaskan bahwa nasib bantuan bagi Palestina kelak ditentukan oleh bentuk pemerintahan persatuan yang akan dibentuk dengan semangat rekonsiliasi
 
Dalam pernyataan di depan kabinet, PM Israel Benjamin Netanyahu menegaskan penolakannya atas ide rekonsiliasi tersebutDia menyatakan rekonsiliasi tersebut seharusnya mengkhawatirkan dunia internasional yang mendambakan perdamaian di Timur Tengah
 
"Perdamaian bisa terwujud dengan mereka yang ingin hidup secara damai bersama kamiBukan dengan mereka yang ingin menghancurkan kami (Hamas, Red)," tegas NetanyahuRencananya, Netanyahu akan terbang ke Inggris dan Prancis pekan ini untuk berbicara dengan para pemimpin negara kedua negara tersebut
 
Sementara itu, petinggi Palestina diundang ke Kairo, Mesir, untuk upacara penandatanganan rekonsiliasiMesir adalah mediator rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah.
 
Juru Bicara Abbas, Nabil Abu Rdainah, menuturkan bahwa butuh waktu sekitar 6 minggu untuk membentuk pemerintahan baruPemerintah tersebut akan diisi orang-orang independen yang tidak mempunyai keterkaitan dengan kedua pihak, Fatah dan HamasPihak asing tidak punya alasan untuk memboikot pemerintahan baru tersebut(AFP/Rtr/AP/cak/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kadhafi Tawarkan Gencatan Senjata


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler