jpnn.com, JAKARTA - Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia menilai aksi dua oknum prajurit TNI AU yang menginjak kepala warga Papua sangat berlebihan.
Angkie menyayangkan tindakan tersebut, terlebih korban merupakan penyandang disabilitas.
BACA JUGA: Menko Airlangga: Vaksin di Indonesia Melalui Proses Evaluasi Ketat, Warga Tidak Perlu Ragu
"Ada cara-cara yang lebih bijak dalam merespons aktivitas warga disabilitas. Kami menyayangkan sikap berelebihan yang dilakukan oleh oknum anggota TNI di sana ketika berusaha melerai pertikaian antarwarga," kata Angkie dalam siaran pers, Rabu (28/7).
Angkie juga mengaku sebagai penyandang disabilitas tunarungu atau tuli. Dia menginginkan petugas melakukan pendekatan persuasif dan humanis ketika berhadapan dengan masyarakat disabilitas, utamanya kelompok tunarungu.
BACA JUGA: Dituding Pelakor, Pesinetron Cantik ini Didepak dari Brand Ambassador Produk Kecantikan
“Saya seorang tunarungu atau tuli, saya memahami betul bagaimana sulitnya berkomunikasi. Saya memahami perasaan teman-teman disabilitas yang lain di seluruh Indonesia. Sebagai bagian dari pemerintah dan juga sesama disabilitas, saya meminta maaf atas kejadian ini dan berharap ke depannya tidak terulang peristiwa serupa di kemudian hari," jelas dia.
Terlepas dari itu, Angkie mendukung langkah yang diambil oleh TNI AU dalam memproses hukum dua anggotanya.
BACA JUGA: Oknum TNI AU Injak Kepala Warga Papua: Ini Pernyataan Tegas KSAU Setelah Copot Dua Komandan
Dia meyakini prajurit mampu menjalankan fungsi secara profesional dengan mengedepankan delapan wajib TNI yang ramah, santun, menjunjung tinggi kehormatan, serta menjadi contoh yang baik kepada rakyat.
"Kami mendukung setiap upaya penegakan disiplin yang telah dilaksanakan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di lingkungan TNI," kata Angkie. (tan/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga