Istighosah pun Digelar untuk Timnas

Jumat, 24 Desember 2010 – 05:19 WIB
MORAL - Para anggota timnas berdoa bersama Yusuf Mansur dan KH Muhammad Nur Iskandar SQ di Jakarta, tadi malam (23/12). Foto: Muhammad Amjad/Jawa Pos.
JAKARTA - Berbagai cara ditempuh oleh tim nasional sepak bola Indonesia agar menuai hasil maksimal pada partai final Piala AFF 2010 pada 26 dan 29 Desember mendatangSelain mempersiapkan diri secara teknis dengan berlatih, mereka juga berdoa dengan melakukan istighosah bersama, di Pondok Pesantren (Ponpes) Asshidiqiyah, Jakarta, kemarin (23/12).

"Tadi malam (Rabu malam 22 Desember, Red), kami dihubungi pengurus (pesantren) dan diminta untuk datang ke pesantren ini untuk didoakan

BACA JUGA: Siap Tarung, Timnas Garuda Terbang Hari Ini

Kebetulan kami (tim) diliburkan hari ini, jadi kami manfaatkan," kata Ketua Umum PSSI Nurdin Halid.

Menurut Nurdin, hal itu cukup baik, karena rombongan timnas mendapatkan doa dari banyak kyai dan santri yang hadir dalam istighosah tersebut
Dia berharap dengan doa tersebut, timnas diberi keselamatan dan kemenangan di Malaysia.

Kehadiran para penggawa timnas di ponpes asuhan KH Noer Iskandar SQ tersebut, disambut dengan suka cita oleh para santri

BACA JUGA: Leonardo Bisa jadi Opsi Nerazzurri

Saat datang, para pemain langsung diarahkan melakukan istighosah yang dilakukan di area ponpes.

Nah, suasana yang ditunjukkan santriwan dan santriwati saat melakukan istighosah, terasa berbeda seusai istighosah
Kekhusyukan yang ditampakkan di istighosah langsung berubah dengan keriuhan.

Pasalnya, saat rombongan berjalan menuju rumah pengasuh ponpes, santriwan dan santriwati rela berdesak-desakan untuk melihat para pemain dari dekat

BACA JUGA: Naturalisasi Atlet Bakal Digalakkan

Tak sedikit dari mereka yang histeris dan berteriak, khususnya saat Irfan Bachdim lewatBahkan, beberapa dari mereka juga berusaha untuk menyentuhnya.

Bukan hanya santri, saat warga mengetahui ada penggawa timnas di pondok tersebut, mereka juga turut menyerbu dan berlomba dengan para santri untuk mendekat ke pemainAlhasil, petugas keamanan yang menjaga tak mampu untuk menahan desakan para fans, sehingga pemain akhirnya dengan leluasanya disentuh dan dipeluk.

Kontan saja, halaman pondok yang tak terlalu luas tersebut semakin penuh sesak dengan lautan manusiaMaklum, santri pondok tersebut jumlahnya mencapai lima ribuan santri.

Rombongan timnas sendiri baru bisa tenang setelah berada di dalam rumah Noer IskandarMereka langsung melanjutkan kegiatan dengan sholat Magrib berjamaah, dengan diimami langsung oleh pengasuh ponpesTapi, tidak semua angota rombongan turut sholatPasalnya, beberapa dari mereka dipastikan ada yang non-muslimSayang, saat itu wartawan tidak dizinkan untuk masuk ke dalam.

Ironisnya, saat para pemain mulai melakukan sholat berjamaah, para santri tetap saja banyak yang berkerumun dan berusaha melihat para pemain melalui sela-sela jendela yang tertutup kelambuTak sedikit pula dari mereka yang akhirnya tidak mengikuti sholat berjamaah di masjid pondok, demi mendapatkan kesempatan melihat pemain dari dekat.

Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang santri, Khoirul, dia mengaku sengaja tidak berjamaah terlebih dahulu agar bisa lebih leluasa melihat para pemain"Saya menunggu teman-teman ke masjid duluKan tidak terlalu ramai kalau sedang jamaahTapi, ya sama sajaTernyata juga banyak orang dari luar menonton," ujar dia, sebelum akhirnya ditertibkan oleh pengurus pondok yang memerintahkan para santri untuk segera sholat.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan makan malam dan doa bersamaDoa pun dipimpin langsung oleh Noer IskandarRangkaian acara di Ponpes Asshidiqiyah tersebut akhirnya ditutup dengan penyerahan sumbangan dari para pemain, untuk anak-anak yatim yang berada di pondok tersebutHanya saja, berapa besar sumbangan itu, tidak disebutkan secara rinci.

Noer Iskandar sendiri berharap, dengan istighosah yang diadakan tersebut, akan mampu membuat moral pemain kian meningkatDia juga menghimbau agar masyarakat tidak terus mencibir prestasi yang telah diraih"Mari kita dukungJangan lagi keluar omongan yang menilai jelek dan mengkritik tim nasionalKita harus doakan bersama," tandasnya.

Menariknya, saat beranjak pulang, ada beberapa pemain yang mulai kebingungan mencari sepatu masing-masingSalah satunya adalah OktoDia akhirnya harus menerima kenyataan sepatu kets yang dipakainya hilangSehingga, saat kembali akan menaiki bus rombongan PSSI, dia pun harus bertelanjang kaki.

Kendati demikian, Okto mengaku tidak begitu kecewa, meskipun sepatunya tidak ketemu"Tidak apa-apaSaya senang, karena banyak yang mendoakan kamiMudah-mudahan kami diberi kemenangan di pertandingan nanti," ucapnya.

Okto mengaku jika itu adalah pengalaman kali pertamanya mengikuti istighosahSelama ini dia tidak pernah mengikuti salah satu ritual umat Islam tersebut, karena memang beragama lainNamun, Okto tetap mengikuti rangkaian tersebut, karena sudah bisa menyesuaikan dengan keadaan, selain juga ingin tetap kompak bersama yang lain"Tidak apa-apaIni kan berdoa juga untuk timnasTidak masalah, tidak masalah," ujarnya sambil bergegas masuk ke bus.

Sementara, asisten pelatih Wolfgang Pikal pun terlihat menikmati suasana tersebutDia merasa semakin tenang setelah mengikuti ritual istighosah"Nikmat sekaliSaya gembira, pemain juga, karena ini adalah doa dari masyarakat untuk timnas biar sukses," tuturnya.

Bagi Pikal sendiri, ini bukanlah pengalaman pertamanya melakukan doa bersama banyak orangMalah, dia merasa mengulang apa yang pernah dialaminya saat melakukan ibadah haji"Saya pernah haji tahun 2003Seperti haji, rasanya dengan banyak orang yang berdoa, membuat kami tenang sebelum bertanding," lanjutnya.

Tapi, tidak semua ofisial tim nasional hadir dalam acara doa untuk timnas tersebut, karena pelatih Alfred Riedl tidak tampak bersama Firman Utina dkkPikal mengutarakan bahwa Riedl sengaja tidak datang, karena memilih untuk menemui keluarganya yang ada di Jakarta.

Dia menolak kalau disebut bahwa ketidakhadiran Riedl adalah karena tidak sepakat pemainnya diajak keluar dari hotel untuk beristighosah"Dia tidak ikut karena ada kesibukan bersama keluarganyaTidak ada masalah dengan waktu istirahatPemain yang cedera juga tidak apa-apa, karena hanya satu jam saja keluarnya," tambah Pikal.

Terakhir, asisten pelatih yang lumayan fasih berbahasa Indonesia itu pun berharap, agar semangat anak didiknya bisa semakin berlipat, karena telah mendapatkan suntikan moral yang besar(aam)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Semua Loket Tiket Ditutup, Kecuali Pintu 10


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler