Istri Cak Nur Keluhkan Gaya Paramadina Terkini

Rabu, 12 April 2017 – 19:20 WIB
Ommy Komariah Madjid dalam diskusi publik bertajuk Merawat Pemikiran Guru-Guru Bangsa yang juga menghadirkan Yenny Wahid, M Sobary, Abdul Muthi, dan Wahyuni Nafis di Hotel Century, Jakarta, Rabu (12/4). Foto: Istimewa for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Diskusi publik bertajuk Merawat Pemikiran Guru-Guru Bangsa menjadi ajang bagi Ommy Komariah Madjid berkeluh kesah tentang perkembangan Universitas Paramadina.

Istri Nurcholis Madjid alias Cak Nur itu menilai, Universitas Paramadina kehilangan roh perjuangan dan intelektualitas.

BACA JUGA: Unggah Kecurangan USBN, Siswi SMK Nyaris Bunuh Diri

Menurut Ommy, ada kelompok yang mematikan usaha yang dibangun Cak Nur, yakni pemikiran Islam yang plural dan demokratis.

Kelompok itu bahkan melarang dialog mengenai pemikiran Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Buya Syafii Maarif, dan Cak Nur.

BACA JUGA: Ketika Lantai Sekolah Masih Berupa Tanah

"Saya sedih kemarin waktu dibatalkan dialog ini di kampus Paramadina dan tak boleh diskusi di kampus yang dibangun oleh Cak Nur,” ujar Ommy dalam diskusi yang juga menghadirkan Yenny Wahid, M Sobary, Abdul Muthi, dan Wahyuni Nafis di Hotel Century, Jakarta, Rabu (12/4).

“Nama Paramadina ciptaan beliau dan kampus juga memakai nama Nurcholis Madjid supaya semua nilai yang disampaikan Cak Nur bisa diteruskan. Namun, saya menjadi sedih ketika sekarang justru diskusi tentang pemikiran beliau di Paramadina malah dilarang," kata Ommy.

BACA JUGA: Pak Jokowi, Anak-Anak di Perbatasan Ini Minta Tas

Menurut Ommy, meski Cak Nur sudah meninggal, pemikirannya masih bisa terus dikaji, bukan malah dimatikan.

Ommy mengatakan, nilai demokrasi, keterbukaan, dan pluralisme di Universitas Paramadina sudah hilang.

"Bahkan sekarang banyak mahasiswa Paramadina yang mengeluh, kok kini tidak ini dan tidak boleh itu. Ini kafir ini munafik dan seterusnya. Inilah yang membuat saya sedih," jelas Ommy.

Meski begitu, Ommy melihat masih ada anak muda yang bersemangat membangun dialog dan diskusi keislaman.

"Meski sedih tapi di sisi lain saya juga bergembira karena semangat intelektual anak-anak muda masih terus berkobar meskipun hawa di luar sana sangat panas. Mudah-mudahan diskusi di sini kita bisa merembukkan apa pemikiran tiga tokoh bangsa, yakni Gus Dur, Cak Nur, dan Buya Syafii Maarif," tegas Ommy.

Di sisi lain, Ahmad Gaus yang berperan sebagai moderator diskusi mengatakan, dialog tentang pemikiran para tokoh bangsa itu merupakan bentuk keprihatinan.

Sebab, banyak pihak yang membuat suasana memanas dan menjurus pada perpecahan bangsa dalam beberapa waktu terakhir.

Kelompok itu tak sungkan mengancam dan mengafirkan pihak lain. Padahal, para guru bangsa tak pernah mengajarkan hal itu.

"Kami prihatin karena banyak pemikiran yang kemudian bersinggungan hingga saling menuduh bahkan mengafirkan pada momen pilkada. Tujuannya politik," ujar Gaus.

Dia menambahkan, suasana yang terbangun dalam pilkada DKI berkembang menjadi sesat.

Hal itu terjadi karena kelompok-kelompok tersebut melupakan pemikiran guru bangsa yang sudah meletakkan fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Inilah yang perlu direvitalisasi. Bukan malah dilarang, apalagi dihilangkan," kata Gaus. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Video Alm Gus Dur Saat Orasi Diputar, Begini Katanya...


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler