jpnn.com, JAKARTA - Air minum dalam kemasan (AMDK) bebas BPA masih jadi polemik di kalangan masyarakat Di media sosial (medsos) juga ikut membahasnya.
Salah satu akun di Twitter John Sitorus@Mudik7 dalam cuitannya mengatakan kalau melihat isu bahaya BPA pada galon guna ulang, ini cuma perang dagang perusahaan galon sekali pakai versus galon guna ulang.
BACA JUGA: Penggunaan Galon Guna Ulang Masih Tinggi, Isu Bahaya BPA Lewat?
Dia mencurigai perang dagang ini mulai masuk mengintervensi regulator untuk mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan perusahaan tertentu.
“Dalam hal ini BPOM RI diintervensi untuk endorse kebijakan pelabelan BPA galon polikarbonat,” ucapnya.
BACA JUGA: Peneliti IPB Sebut Pelabelan Bebas BPA Berpotensi Lebih Membahayakan Konsumen
Pegiat Literasi yang juga Co-founder REDAXI (Indonesian Antihoax Education Volunteers) Astari Yanuarti melihat serangan negatif BPA galon guna ulang berbahan polikarbonat yang dilakukan buzzer lebih digiring ke arah Twitwar atau perang opini di Twitter.
Pemilihan topiknya juga sengaja dibuat oleh sekelompok pihak seperti buzzer/influencer untuk isu-isu yang sudah dipesan.
BACA JUGA: Guru Besar IPB Pertanyakan Urgensi Pelabelan BPA Galon: Bukti Belum Kuat
“Twitwar bisa berulang, terutama jika topiknya memang sengaja diciptakan seperti topik galon BPA ini,” ujar Astari Yanuarti dalam keterangannya dikutip Minggu (18/6).
Menurutnya, secara umum, salah satu karakter penyebaran hoaks adalah daur ulang isu yang serupa.
Artinya, hoaks yang sudah disebarkan dalam periode tertentu, akan disebarkan lagi di masa mendatang, meskipun sudah ada klarifikasi terhadap hoaks tersebut.
Pola ini lanjutnya, juga terjadi pada hoaks terkait bahaya BPA kepada balita, ibu hamil, dan menyusui.
Hoaks yang sudah tersebar sejak beberapa tahun lalu dan sudah diklarifikasi oleh berbagai pihak yang berwenang, seperti Badan POM dan para dokter.
Namun, sampai hari ini masih diedarkan oleh berbagai pihak di media sosial, bahkan hoaks ini masih dipercaya oleh sebagian pihak.
"Jadi, tidak heran jika sampai hari ini masih beredar," pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad