jpnn.com, JAKARTA - Isu pelambatan ekonomi China dan peluang kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) bikin rupiah hari ini makin merosot dibandingkan USD pada Senin (21/8).
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi, melemah 0,20 persen atau 31 poin menjadi Rp 15.321 per USD dari sebelumnya Rp 15.290 per USD.
BACA JUGA: USD Makin Menjanjikan, Rupiah Hari Ini Ambrol
“Pagi ini, keputusan pemangkasan suku bunga pinjaman 1 tahun bank sentral China sebesar 10 basis poin, mungkin bisa meredakan kecemasan pasar, tapi mungkin masih belum cukup untuk membalikkan sentimen pelambatan di China,” kata Pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.
Ariston membeberkan ada permasalahan lain yang membuat rupiah makin merosot, yakni isu utang atau default dua perusahaan properti terbesar China, yakni Evergrande dan Country Garden.
BACA JUGA: Sulit Menanjak, Rupiah Hari Ini Ambruk Lagi
Namun, untuk data ekonomi AS, adanya data tenaga kerja yang solid dan penjualan ritel masih memberikan peluang kenaikan inflasi, sehingga masih membuka potensi kenaikan suku bunga acuan AS ke depan.
“Hari ini, rupiah berpeluang melemah ke arah Rp 15.330, dengan potensi support di sekitar Rp 15.250,” ujar Ariston.
USD memulai perdagangan dengan pijakan yang kuat di awal sesi Asia pada Senin pagi, setelah kenaikan lima minggu berturut-turut, ketika investor menunggu simposium Jackson Hole Federal Reserve untuk panduan tentang suku bunga ke depan.
USD memperoleh keuntungan sebesar 0,7 persen terhadap euro minggu lalu, naik tipis terhadap yen dan melonjak lebih dari 1,0 persen terhadap mata uang Antipodean karena imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat untuk mengantisipasi suku bunga tetap lebih tinggi lebih lama.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul