Isu Penundaan Pemilu Bergulir Lagi, Syahrial Demokrat: Mirip Menjelang Kejatuhan Soeharto

Minggu, 11 Desember 2022 – 20:18 WIB
Syahrial Demokrat Syahrial menyebut isu penundaan Pemilu yang digulirkan kembali mirip peristiwa menjelang kejatuhan Soeharto yang terjadi era 1997-1998. Foto ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Deputi Analisa Data dan Informasi Balitbang DPP Demokrat Syahrial Nasution mengomentari isu penundaan Pemilu 2024 yang kembali bergulir.

Dia menyebut pihak yang menggulirkan isu penundaan Pemilu sebagai penumpang gelap reformasi.

BACA JUGA: Begini Penjelasan Bamsoet Soal Pernyataannya terkait Penundaan Pemilu

"Penumpang gelap reformasi. Tidak taat konstitusi dan haus kekuasaan," kata dia melalui keterangan persnya, Minggu (11/12).

Sebelumnya, Ketua MPR Bambang Soesatyo atau Bamsoet menyarankan semua pihak bisa memikirkan ulang penyelenggaraan Pemilu 2024 dengan melihat potensi ketidakpastian sosial.

BACA JUGA: Suarakan Penundaan Pemilu 2024, Bamsoet Diminta Teladani Airlangga

Toh menurutnya, hasil survei tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi-Maruf Amin mengalami peningkatan seperti terekam dalam temuan Poltracking Indonesia November 2022.

Diketahui, sebanyak 73,2 persen responden survei Poltracking merasa puas terhadap kinerja pemerintah era Jokowi-Maruf Amin.

BACA JUGA: Kang TB Sebut Keinginan Bamsoet soal Penundaan Pemilu 2024 Mengkhianati Rakyat

Syahrial mengatakan wacana penundaan Pemilu 2024 dengan memakai narasi mirip dengan peristiwa 1998.

Dia menyebutkan bahwa Harmoko yang saat itu menjabat sebagai Ketua MPR menjadi pihak yang getol mengompori Soeharto kembali menjabat sebagai kepala negara.

Syahrial menyebut Harmoko memakai tingkat kepuasan rakyat kepada pemerintah sehingga Harmoko mendorong Soeharto kembali menjadi presiden.

"Agak mirip dengan yang terjadi pada 1997-1998 menjelang kejatuhan Soeharto," ungkapnya.

Karena itu, Syahrial berharap Presiden Jokowi tidak tertarik terhadap isu penundaan Pemilu 2024.

"Semoga Presiden Jokowi tidak terlena dan lebih mengutamakan kepentingan persatuan bangsa," katanya. (ast/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler