jpnn.com, JAKARTA - Komisi X DPR menggelar rapat dengar pendapat (RDP) virtual dengan beberapa pemangku kepentingan olahraga pada Rabu (8/4).
Namun, yang menjadi sorotan dalam rapat tersebut adalah Sekjen Ratu Tisha Destria tak pernah lagi muncul memberikan pernyataannya ke publik.
BACA JUGA: Pasangan Selingkuh Terjaring Tim Razia Antisipasi COVID-19, Prianya Dijemput Istri di Kantor Polisi
Kondisi hubungan Ketua Umum PSSI dengan Sekjen terungkap saat Komisi X memberikan pesan, saran, serta membeberkan kekecewaaan terhadap organisasi. Anggota Komisi X, Djohar Arifin, menyebut beberapa langkah PSSI dinilai sembrono.
Pria yang pernah menjadi Ketum PSSI itu terang-terangan 'menghajar' PSSI dengan beberapa contoh kasus. Pertama, saat leg kedua final Piala Indonesia antara PSM Makassar kontra Persija Jakarta pada Juli 2019 silam. Laga yang sedianya digelar di Stadion Andi Mattalatta, Makassar, pada Minggu (28/7), tiba-tiba ditunda karena alasan keamanan setelah insiden bus Persija dilempari. Padahal, saat itu sudah ada surat jaminan dari Kapolres dan Kapolda, dan kondisi ini menurut Djohar salah besar.
BACA JUGA: Respons Iwan Bule Soal Janji Subsidi Tim Liga 1 Rp15 Miliar yang Belum Terealisasi
Kekecewaan Djohar bertambah karena Komisi X kini lagi-lagi harus mengundang PSSI untuk melakukan RDP. Padahal, seharusnya federasi yang meminta pertemuan lanjutan setelah RDP sebelumnya.
"Mungkin Sekjen PSSI (Ratu Tisha , red) sibuk. Itu harusnya diingatkan oleh Ketua Umum dan Exco PSSI. Ini malah kami yang mengundang lagi," terang Djohar.
BACA JUGA: Cek Kehamilan ke Dukun Cabul, Disuruh Pakai Kain Putih, Awalnya Menolak, Akhirnya...
Selain kekecewaaan itu, Djohar juga mengungkit soal kejadian di SEA Games 2019 Filipina. Kursi undangan VIP dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Komisi X ternyata diberikan ke nama lain oleh PSSI, padahal itu harusnya buat Djohar dkk yang sudah tiba di sana.
"Kami diminta oleh KBRI masuk sebagai undangan VIP, tetapi ternyata di kursi tak ada nama kami. Yang ada tiga nama lain. Saya tanya siapa yang memasukkan tiga nama itu, ternyata Sekjen PSSI. Akhirnya kami duduk di bangku biasa. Kemudian Sekjen Federasi Sepak Bola Filipina datang dan mengajak kami pindah. Sekjen kita (PSSI, red) tak peduli. Selama Sekjen (Ratu Tisha, red) yang ini saya tidak pernah diundang," ungkapnya.
Menanggapi kekecewaan Komisi X, Ketua Umum PSSI M Iriawan seperti tertampar. Dia langsung meminta maaf ke Komisi X dalam RDP. Soal hal tersebut, dia memastikan sudah ada perubahan di PSSI dengan evaluasi di dalam organisasi. Pria yang karib disapa Iwan Bule itu menegaskan bahwa Sekjen PSSI tak bisa lagi mengambil keputusan yang bersifat strategis, salah satunya juga soal penyampaian informasi ke media.
"Pimpinan, kami sudah evaluasi berkaitan Sekjen PSSI menunda dua kali pertandingan (Piala Indonesia) karena alasan keamanan. Memang sebelumnya saya melihat terlalu overlapping (tumpang tindih) keberadaan Sekjen PSSI.”
BACA JUGA: Satu Lagi Anggota Dewan dan Istrinya Dinyatakan Positif COVID-19
“Sekarang, Bapak Djohar bisa tahu yang bersangkutan tidak ada lagi memberikan keputusan yang bersifat strategis. Bahkan, penyampaian-penyampaian di media pun sudah saya ambil alih semua karena memang ada hal yang kurang pas. Begitu juga kejadian di Filipina, kami tidak tahu ini. Kami sering tegur dan menjadi bahan evaluasi," tegas Iwan Bule. (dkk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad