jpnn.com - Nama Al Ikhwan Yushel, 26, masuk daftar tujuh WNI diduga terlibat dalam aksi teror di Kota Marawi, Mindanao, Filipina.
Bersama kelompok Maute yang sudah berbaiat kepada ISIS, mereka melawan gempuran militer setempat.
BACA JUGA: 17 WNI Terjebak Konflik di Marawi Segera Pulang Kampung
Al Ikhwan Yushel merupakan warga Jorong Batunanggai, Nagari Tanjungsani, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, Sumbar. Siapa dia?
Rifa Yanas—Agam
BACA JUGA: Mengejutkan! 38 WNI Anggota Maute, 6 Sudah Balik ke Indonesia
SEKUJUR badan Yusri Malik gemetar. Sudah dua hari puasa dilaluinya tanpa sahur dan berbuka. Nasi dimakan terasa sekam, air diminum terasa duri.
Di samping penyakit asma yang dideritanya beberapa tahun belakangan, kabar tak sedap itu membuat kondisinya makin lemah.
BACA JUGA: Empat Kapal Perang dengan Senjata Lengkap Sudah di Perbatasan
Kini pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) di kantor camat Tanjungraya itu berjuang menerima kenyataan.
Hal itu bermula ketika Iwan—sapaan akrab Al Ikhwan Yushel—anak ketiganya, ditetapkan militer Filipina jadi buronan. Dia diduga terlibat dalam penyerangan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) terhadap Kota Marawi.
“Kami sudah pasrah. Sama sekali tidak pernah terbesit dia bergabung dengan teroris. Kami masih tidak percaya,” tutur Yusri.
Dijumpai Padang Ekspres (Jawa Pos Group) di kediamannya, Jumat (2/6), Yusri yang didampingi Wali Jorong Batunanggai, Amirwan Yasni menyebut, dia mendapat kabar dari Iwan terakhir kali pada akhir Maret lalu.
Rumah kediaman Yusri yang dicat putih itu juga tampak seperti biasanya. Tetangga juga masih hilir mudik di sekitar rumah itu, seolah tidak ada kabar apa-apa.
Iwan biasanya lebih sering berkomunikasi via telepon seluler dengan kakak sulungnya yang bekerja di Lubukbasung.
“Kakaknya bilang ke saya, Iwan baik-baik saja dan dagangannya laris. Dia hanya titip salam saja, setelah itu tidak ada lagi kabar. Iwan juga tidak bisa lagi dihubungi,” terang Yusri.
Ditanyakan kehidupan sehari-hari anaknya yang tamatan SLTA itu, Yusri tak kuasa membendung bulir airmata.
Iwan disebut-sebut sosok anak yang berbakti kepada kedua orangtua, ramah kepada warga dan rajin beribadah.
“Sejak tamat sekolah dia gigih berusaha demi membantu keluarga. Kalau ingin kenal siapa Iwan silakan tanya seluruh penduduk di sekitar sini,” imbuhnya meyakinkan awak media.
Amirwan Yasni menambahkan, usai tamat sekolah Iwan sempat menetap di kampung halaman. Layaknya pemuda pada umumnya, dia menekuni usaha beternak ikan keramba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau.
Setelah itu, Iwan meminta izin orangtuanya untuk berdagang buah di Kota Bukittinggi. Sebulan kemudian, usahanya ini berkembang. Setelah memiliki modal yang cukup, Iwan lalu meminta izin untuk merantau ke Pulau Jawa.
“Sampai di Bogor, Iwan mengabarkan dirinya berjualan susu murni. Bisnisnya terbilang sukses. Dalam tempo dua jam, dagangannya dapat menghasilkan uang Rp 60.000. Begitu cerita Iwan yang terakhir kali kami dengar,” sebut Amirwan.
Iwan diketahui berangkat ke Filipina pada akhir Maret lalu. Pemuda kelahiran Palembayan, 1 November 1991 itu juga sempat meminta dibuatkan surat pengantar pengurusan Kartu Tanda Penduduk kepada Amirwan.
“Empat bulan lalu dia minta dibuatkan KTP. Saya yang membuatkan surat pengantarnya waktu itu. Setahu saya, dia baru meninggalkan kampung ini dua bulan lalu. Selama bergaul di sini dia anaknya baik, rajin beribadah, patuh pada orangtua dan ramah. Ketemu di jalan dia selalu menyapa. Karena itu, saya heran mengapa bisa dia dikatakan terlibat teroris. Sempat terpikir apakah dia dijebak atau apa sebabnya,” tutur Amirwan.
Ditanyakan mengenai pergaulan Iwan, Amirwan memastikan tidak pernah melihat ada rombongan atau orang asing yang menemui Iwan di kampung.
Pasalnya, warga Jorong Batunanggai umumnya bersaudara karib kerabat. Kedatangan wajah asing, sangat mudah dikenali di kampung itu.
“Maramang bulu tangan ambo mandanga kaba ko pak (merinding bulu saya mendengar kabar ini pak), rasa bermimpi di siang bolong. Tidak percaya, kaget saya pak,” ujarnya.
Pascatersebarnya informasi dari media massa, Iwan ditetapkan sebagai daftar pencarian orang (DPO), masyarakat Jorong Batunanggai cukup gempar. Kabar itu cukup cepat berkembang dari mulut ke mulut. Termasuk di Kecamatan Palembayan, daerah kelahiran Iwan.
“Masyarakat hanya berbisik saja, banyak yang tidak tahu nama kepanjangan Iwan. Umumnya, hanya kenal nama panggilan sehari-hari saja. Untuk itu, kami harap jangan dilibatkan masyarakat terutama keluarganya,” pinta Amirwan.
Camat Tanjungraya, Handria Asmi mengimbau warga untuk tidak meresahkan berita ini. Pasalnya, keluarga Yusri sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang keterlibatan anaknya dengan jaringan teroris di Filipina.
“Pemkab Agam juga sudah mendapat informasi ini sebelumnya. Keluarga Yusri Malik prinsipnya sedang diterpa musibah atas kasus yang menimpa anaknya. Untuk itu, diminta kepada segenap pihak untuk tidak menambah lagi isu yang dapat memicu keresahan warga,” harapnya.
Kepala Dinas Sosial Agam, Kurniawan Syahputra yang juga mantan Camat Tanjungraya semasa Yusri masih berstatus PNS, juga membenarkan tidak adanya indikasi pemahaman menyimpang dari mantan bawahannya itu.
“Tahun 2007 dan 2008 silam, saya sudah mengenal keluarga yang bersangkutan. Anak-anaknya sering dibawa ke kantor camat. Pak Yusri merupakan pegawai yang ramah dan mudah bergaul. Kami yakin dia telah mendidik anaknya dengan baik,” tutur Kurniawan. (***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada 38 WNI Terlibat Konflik Marawi, Empat Sudah Mati
Redaktur & Reporter : Soetomo