jpnn.com, JAKARTA - Syahrul Yasin Limpo menjabat Gubernur Sulawesi Selatan selama dua periode, yakni memenangi Pilkada pada tahun 2007 dan tahun 2013. Banyak prestasi yang dicapai selama menjabat, terutama pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.
Dilihat dari data tentang Kontribusi Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Sulawesi Selatan dari 2010 sebesar Rp 39 triliun meningkat pada tahun 2018 menjadi Rp 110 triliun. Peningkatan ini naik sampai 24 persen dari total PDRB.
Sedangkan over stock beras, tahun 2008 Sulsel hanya mempunyai luas panen padi sekitar 836.298 Ha meningkat pada tahun 2018 menjadi 1.221.122 Ha, produksi padi tahun 2008 sekitar 4 juta ton meningkat menjadi 6,2 juta ton. Demikian juga produksi jadung, tahun 2008 1.195.691 ton meningkat menjadi 2.201.156 ton pada tahun 2018.
BACA JUGA: Syahrul Yasin Limpo: Saya Selalu Pegang Teguh Empat Nilai Ini Saat Pimpin Sulsel
Langkah yang dia dilakukan pada lima tahun periode pertama ialah fokus kepada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, yaitu Pendidikan, Kesehatan dan Pangan. Lalu apa ide Syahrul untuk peningkatan pangan?
Uapaya Syahrul Yasin Limpo adalah mendorong dengan cara terstruktur, sistematis, dan masif (TSM). Ia pun berkelekar bahwa terminologi TSM tidak hanya disematkan pada kasus penyelesaian senketa Pemilu di Mahkamah Konstitusi.
BACA JUGA: Syahrul Yasin Limpo: Membangun Sektor Pertanian dengan Strategi TSM
"Istilah TSM tidak hanya populer dikaitkan dengan isu politik belakang ini. Tetapi, kita bisa menerapkan itu dalam membangun sektor pertanian, khususnya dalam menjaga ketahanan pangan bagi penduduk negeri ini," ujar SYL di Jakarta kepada awak media, Jumat (23/9).
Tidak ada jalan lain bagi Masyarakat Sulsel dan Rakyat Indonesia pada umumnya, lanjut SYL, kecuali dengan kesungguhan hati dengan rencana dan terukur.
BACA JUGA: Syahrul Yasin Limpo Minta Buwas Kunjungi Indonesia Timur
"Bagi pemerintah Sulsel, tidak ada pilihan lain untuk memajukan sektor pertanian selain dengan cara TSM karena produk pertanian menyangkut hayat hidup orang banyak dan di situlah negara hadir, menjalankan amanah untuk mensejahterakan rakyatnya," tegas dia.
SYL pun menjelaskan upaya mendorong sektor pertanian dengan cara TSM. Terstruktur, kata dia, karena pemerintah Sulawesi Selatan harus menggerakkan semua potensi secara berjenjang dari pusat hingga ke daerah untuk memberikan pelayanan yang terbaik demi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Tak mengherankan, lanjut SYL, bila Pemda Sulsel dikenal paling sering bernegosiasi dengan pemerintah pusat untuk meminta pembangunan sarana dan prasarana pertanian guna menopang kepentingan nasional.
"Untuk menjadikan Sulsel sebagai lumbung beras nasional, Sulsel butuh investasi pemerintah dalam bentuk pembangunan bendungan, saluran irigasi, embung, pembenihan, penyediaan pasokan pupuk yang terjamin volumennya dan sebagainya. Maka tidak ada cara lain untuk mempercepat Sulsel menjadi lumbung pangan nasional kecuali melalui pendekatan terstruktur," terang SYL.
Sistematis, kata SYL, terkait upaya Sulsel menyusun pengembangan sektor pertanian dari perencanaan jangka pendek, menengah hingga panjang. Pemerintah Sulsel, tutur dia, memiliki zonasi atau perwilayah komoditas sebagai bagian dari rencana jangka panjang termasuk pembangunan infrastrukturnya.
"Tetapi, pada saat yang sama, kita juga responsif terhadap kebutuhan pasar sehingga secara jangka menengah kita meresponnya dengan pemilihan komoditas tertentu yang dibutuhkan pasar. Sementara dalam perencanaan jangka pendek kita juga merencanakan pada tataran mikro mengenai jenis tanaman, jenis benih waktu tanam yang sesuai dengan kondisi cuaca. Sulsel didukung oleh ribuan tenaga lapangan di bidang pertanian yang menjalankan tugas sebagai penyuluh dan pendamping," jelas dia.
Sementara, masif terkait semua program pertanian pemerintah di Sulsel tidak hanya sekedar program pemerintah, tetapi semua program diturunkan ke bawah menjadi gerakan rakyat yang sifatnya masif. Pembangunan pertanian, kata dia, dilakukan secara merata di seluruh wilayah Sulsel.
"Komoditasnya meliputi segala jenis tanaman pangan dan hortukultural, komoditas perkebunan, ternak besar, kecil hingga unggas, perikanan air tawar, payau hingga budidyah laut termasuk berbagai jenis rumput laut," ungkapnya.
Karena itu, menurut dia, seluruh kepala daerah di Sulsel fasih mengartikulasikan pembangunan pertanian karena pertanian menjadi salah satu hal yang berpengaruh secara politis.
"Pengalaman di Sulsel ini tentunya bisa diterapkan untuk konteks Indonesia yang merupakan negara agraris dengan mendorong sektor pertanian secara TSM demi memperkuat ketahanan pangan kita yang tentunya tujuan akhirnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia," pungkasnya.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich